Warisan Trauma: Bukti Epigenetik Yang Melintasi Generasi

Sedang Trending 8 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
 Bukti Epigenetik nan Melintasi Generasi Sebuah studi terbaru nan diterbitkan di Scientific Reports menemukan trauma akibat bentrok dapat meninggalkan tanda epigenetik nan diwariskan lintas generasi.(freepik)

PENELITIAN terbaru mengungkapkan trauma dapat meninggalkan jejak dalam DNA seseorang dan diwariskan ke generasi berikutnya. Fenomena ini disebut sebagai tanda "epigenetik," nan mengubah langkah gen diekspresikan berasas pengalaman dan lingkungan individu.

Bukti Epigenetik dalam Studi Multinasional

Sebuah studi nan diterbitkan dalam Scientific Reports menunjukkan trauma akibat peristiwa besar, seperti konflik dan pengungsian, dapat meninggalkan tanda epigenetik nan memperkuat lintas generasi. Penelitian ini dipimpin Rana Dajani, mahir biologi molekuler dari Universitas Hashemite, Yordania, nan meneliti tiga generasi family Suriah nan mengalami pembantaian Hama tahun 1982 serta pemberontakan Suriah 2011.

Michael Pluess, peneliti ilmu jiwa perkembangan dari Universitas Surrey, Inggris, nan tidak terlibat dalam penelitian ini, menyebut temuan tersebut sebagai sesuatu nan penting. "Studi ini menekankan gimana pengalaman traumatis dapat berakibat lintas generasi," ujarnya.

Kolaborasi Ilmuwan dalam Studi Epigenetik

Dajani bekerja sama dengan Catherine Panter-Brick, seorang antropolog dari Universitas Yale nan mahir dalam biomarker stres dan kesehatan global, serta Connie Mulligan, epigenetisis dari Universitas Florida nan meneliti akibat kesulitan masa kecil. Selama satu dekade, tim ini mengumpulkan info dari family Suriah nan mengalami trauma secara langsung, termasuk ibu mengandung selama peristiwa tragis tersebut.

Mereka menghubungi family Suriah di beragam negara, menjelaskan konsep epigenetik, dan menggali pengalaman mereka. "Mereka merasa dihargai lantaran memahami sainsnya serta merasa mempunyai kendali atas cerita mereka," kata Dajani.

Bukti Ilmiah Warisan Trauma

Hasil kajian menunjukkan adanya 21 perubahan epigenetik unik pada mereka nan mengalami trauma secara langsung dan 14 perubahan epigenetik unik pada cucu dari nenek nan mengalami trauma saat hamil. Secara keseluruhan, ditemukan perubahan di 35 titik dalam genom. Salah satu perubahan paling signifikan adalah pola metilasi DNA, di mana gugus metil bertambah alias berkurang, menunjukkan akibat trauma nan diwariskan.

Menariknya, anak-anak nan mengalami trauma sejak dalam kandungan menunjukkan tanda epigenetik nan membikin mereka tampak lebih "tua" secara biologis dibandingkan usia kronologis mereka. Percepatan penuaan epigenetik ini dikaitkan dengan beragam akibat kesehatan, meskipun belum jelas apakah perubahan ini menyebabkan alias hanya mencerminkan kondisi tersebut.

Implikasi bagi Kesehatan dan Adaptasi Manusia

Para intelektual tetap mencari tahu gimana tanda epigenetik ini memengaruhi kesehatan manusia. Mulligan memperkirakan bahwa tanda epigenetik ini mungkin merupakan sistem penyesuaian terhadap stres lingkungan dan kekerasan. Namun, perihal ini tetap memerlukan penelitian lebih lanjut.

Dajani menekankan bahwa studi ini dapat mengubah langkah manusia memandang trauma, dari sekadar pengalaman negatif menjadi bukti ketahanan dan keahlian beradaptasi. "Penemuan ini membuktikan bahwa manusia mewarisi keahlian untuk memperkuat dan menghadapi lingkungan nan tidak terduga di masa depan," katanya.

Dengan penelitian ini, para intelektual berambisi dapat mengembangkan pemahaman lebih dalam tentang gimana trauma berakibat pada DNA dan mencari langkah untuk memitigasi efeknya. Studi ini juga menjadi pengingat bahwa pengalaman manusia, baik alias buruk, dapat membentuk generasi mendatang dalam langkah nan lebih dalam daripada nan pernah kita bayangkan. (Live Science/Z-2)

Selengkapnya