ARTICLE AD BOX

KEBIJAKAN potongan nilai tarif listrik sebesar 50 persen nan diberlakukan pemerintah sejak Januari 2025, berakibat signifikan terhadap penyumbang deflasi di Kalimantan Tengah (Kalteng).
“Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami penurunan indeks sebesar 11,23 persen selama Januari 2025,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, Agnes Widiastuti , Senin (24/2).
Selain komponen tersebut lanjutnya, maka sektor transportasi juga mencatat mengalami deflasi sebesar 0,31 persen, diikuti oleh golongan informasi, komunikasi, dan jasa finansial sebesar 0,06 persen.
“Tarif listrik menjadi komoditas dengan andil terbesar dalam deflasi bulan Januari, ialah sebesar 1,52 persen,” jelasnya.
Selain listrik, komoditas lain nan turut berkontribusi dalam deflasi adalah bawang merah 0,03 persen, ikan nila 0,03 persen, tomat 0,02 persen, dan ikan pada 0,02 persen.
Namun di Kalteng secara umum tetap tercatat inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) sebesar 0,28 persen.
Inflasi ini dipicu oleh kenaikan nilai pada golongan makanan, minuman, dan tembakau sebesar 2,98 persen, diikuti oleh golongan busana dan dasar kaki 0,68 persen, serta perlengkapan rumah tangga 0,44 persen.
Dari empat kota nan dipantau inflasinya di Kalimantan Tengah, tiga wilayah mengalami deflasi secara bulanan (m-to-m) seperti Palangka Raya 0,89 persen, Sampit 0,74 persen dan Kabupaten Sukamara 0,67 persen. Sementara itu, Kabupaten Kapuas mengalami inflasi sebesar 0,11 persen.
Secara tahunan (y-on-y), di tiga Kabupaten mengalami inflasi ialah Sampit 0,18 persen, Kapuas 0,97 persen, dan Sukamara 0,21 persen. sedangkan Palangka Raya justru mengalami deflasi sebesar 0,15 persen.
“Jadi, kebijakan diskon tarif listrik ini menjadi aspek utama dalam menekan nilai peralatan dan jasa, nan berakibat pada berkurangnya tekanan inflasi di wilayah Kalteng,” pungkas Agnes.