ARTICLE AD BOX
Hujan mengguyur hari pertama peluncuran program Cek Kesehatan Gratis (CKG) oleh Kementerian Kesehatan RI, Senin, 10 Februari 2025. Namun, perihal itu tidak menyurutkan semangat Erni Effendy, seorang penduduk lansia untuk mendapatkan jasa kesehatan gratis. Erni merasa semakin spesial lantaran program ini dimulai tepat pada hari ulang tahunnya nan ke-69 tahun.
“Senang banget, saya berasa kayak dikasih bingkisan ulang tahun sama pemerintah,” ucap penduduk Cakung, Jakarta Timur ini saat dihubungi. Cek Kesehatan Gratis dimulai serentak pada hari itu di 10.200 puskesmas seluruh Indonesia.
Saat mengunjungi Puskesmas Cakung untuk mendapatkan jasa pemeriksaan kesehatan, Erni tidak sendiri. Ia ditemani oleh Sarah Alyssa, keponakannya nan kebetulan hari itu sedang libur kuliah. Sarah juga nan membantu Erni mengunduh dan melakukan pendaftaran di aplikasi Satu Sehat Mobile.
Selain melalui aplikasi, peserta program ini juga bisa melakukan registrasi dengan mengirim pesan WA ke Kemenkes RI di nomor 0811-1050-0567. Pendaftar diminta mengisi info diri seperti nama Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor telepon dan lainnya. Setelah memilih tanggal dan letak akomodasi jasa kesehatan, tiket Cek Kesehatan Gratis bakal terbit.
“Susahnya pas daftar lantaran saya kan gaptek, nggak ngerti buka email. Untungnya ada keponakan saya nan bantu daftarin,” katanya.
Erni tiba di puskesmas sejak pukul 08.00 WIB. Ia mendapat nomor antrian ke-15. Erni bisa merasakan antusias penduduk sekitar Cakung untuk ikut serta dalam jasa pemeriksaan kesehatan gratis. Sembari menunggu, Erni merasa degub jantungnya berdebar lebih kencang saat itu. Meski antusias, Erni merasa gugup lantaran ini merupakan kali pertama dia melakukan pemeriksaan kesehatan.
“Dengar-dengar cerita orang cek kesehatan di rumah sakit mahal, makanya saya nggak pernah meriksa. Alhamdulillah sampai sekarang, sih, saya ngerasa tetap sehat,” ujar Erni.
Lantaran banyaknya peserta nan mendaftar hari itu, nama Erni baru dipanggil setelah menunggu nyaris satu jam. Di ruang pemeriksaan, Erni melakukan serangkaian pemeriksaan berdurasi 30 menit. Ini termasuk pengecekan tinggi dan berat badan, tekanan darah, cek kadar gula, sejumlah pemeriksaan bentuk seperti telinga dan mata, laborat, resiko stroke, jantung serta kanker, edukasi bentuk hingga edukasi aktivitas fisik.
“Saya kira bakal nyeremin di dalam sana rupanya nggak, master sama susternya sabar sama ramah-ramah ya walaupun ini program gratis,” ungkap ibu tiga anak nan sudah mempunyai lima cucu ini.
Beruntung hasil pemeriksaan Erni nan dibacakan oleh salah satu tenaga kesehatan menyatakan dirinya sehat. Erni tidak memerlukan pemeriksaan lanjutan dan dipersilahkan pulang. Hasil pemeriksaan juga bisa dibaca lewat aplikasi Satu Sehat Mobile.
“Harapan saya semoga program ini terus dilanjutin. Sangat berfaedah buat saya nan sudah berumur kan ada aja penyakit tuanya. Kalau bisa ketahuan penyakitnya lebih sigap bisa diobatin,” katanya.
Berbeda dengan Erni, Nurhayati, penduduk Tebet, Jakarta Selatan, kerap melakukan pemeriksaan kesehatan berdikari baik itu di toko obat maupun rumah sakit. Nurhayati turut mengikuti program ini dengan angan bisa menghemat biaya skrining di jasa kesehatan publik nan biasa bisa menyantap biaya hingga berjuta-juta.
“Saya penasaran juga programnya kayak gimana, jika rupanya bagus kan membantu banget. Saya nggak perlu cek darah di laboratorium alias pemeriksaan komplit di rumah sakit. Saya jika lagi merasa nggak lezat suka cek darah nan harganya tetap ratusan ribu,” tutur wanita berumur 57 tahun ini.
Nurhayati sendiri merasa tak kesulitan dalam mendaftar lantaran dia terbiasa berobat menggunakan aplikasi Satu Sehat. Ia mengikuti program pemeriksaan kesehatan cuma-cuma ini di Puskesmas Tebet. Meski sudah pernah melakukan pemeriksaan kesehatan mandiri, Nurhayati mengatakan terdapat beberapa jenis skrining nan sebelumnya tidak pernah dia lakukan.
“Karena saya wanita beresiko kena penyakit kanker payudara, tadi ada pemeriksaan secara bentuk dilanjutkan SADARI, pemeriksaan tetek mandiri. Saya diajarin caranya nan betul gimana jadi nggak perlu nunggu ke rumah sakit dulu, di rumah juga bisa cek sendiri,” katanya.
Dari hasil pemeriksaan, hasil cek gula darah Nurhayati normal. Namun kolestrol dan masam uratnya agak tinggi. Meski dipersilahkan pulang, Nurhayati diminta menjaga pola makan dan menghindari makanan berlemak. “Kalau kelak ada keluhan saya diminta kembali lagi ke puskesmas. Memang dari dulu hasil cek kesehatan saya jika nggak jeblok di kolekstrol ya masam uratnya, lah, nan naik,” ucapnya. Meski begitu, Nurhayati senang bisa ikut serta dalam program ini. “Enaknya kita bisa rutin cek kesehatan setahun sekali, udah nggak usah pusing mikirin biaya lagi.”
Tujuan jangka panjang program cek kesehatan cuma-cuma ini adalah untuk menekan beban biaya kesehatan sekaligus mengurangi jumlah kematian awal akibat akibat kesehatan di masyarakat. Namun nampak kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan ini tetap minim. Masyarakat condong datang ke akomodasi kesehatan di saat sudah sakit. Seperti di Puskesmas Kalanganyar, Kabupaten Lebak, Banten. Di hari kedua program itu berjalan, masyarakat nan memanfaatkan akomodasi itu jumlahnya tetap sedikit. Faris, salah satu penduduk enggan memeriksa kesehatan meski tengah berulang tahun.
"Kalau tahu punya penyakit, apalagi nan nggak terduga-duga, malah kepikiran, nantinya jadi sakit-sakitan," kata Fariz. Kalau sedang tidak lezat badan, Fariz cukup mengandalkan obat-obatan di warung. "Nggak ada penyakit serius, paling masuk angin. Minum tolak angin alias minum obat warung alhamdulillah sembuh. Untuk saat ini belum mau coba lantaran tetap sehat. Mungkin kelak jika sudah terasa tidak lezat badan, baru periksa."
Fasilitas dan tenaga kesehatan nan tidak merata tetap menjadi tantangan dalam penyelenggaraan program cek kesehatan gratis. Di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), program ini tetap terkendala kesiapan perangkat kesehatan. Sejumlah pemeriksaan kesehatan tidak dapat dilakukan lantaran keterbatasan perangkat kesehatan serta bahan medis nan tidak mencukupi. Puskesmas Labuan Bajo mengungkapkan keresahan ini dalam simulasi cek kesehatan cuma-cuma nan dilakukan Dinas Kesehatan Manggarai Barat.
"Dengan simulasi hari ini dapat ditemukan beberapa hambatan nan dialami petugas kesehatan antara lain tetap ada beberapa jenis pemeriksaan belum bisa dilakukan lantaran terbatas perangkat kesehatan dan bahan medis lenyap pakai," kata Kepala Dinkes Manggarai Barat Adrianus Ojo seusai simulasi CKG tersebut.
Adrianus mengatakan pemeriksaan kegunaan hati, ginjal, dan USG tetek untuk orang dewasa, serta sejumlah pemeriksaan untuk lansia tidak bisa dilakukan lantaran keterbatasan perangkat kesehatan. "Usia dewasa ada sebanyak tiga jenis pemeriksaan (fungsi hati, kegunaan ginjal, USG payudara) belum bisa dilakukan dari total 22 jenis pemeriksaan. Lansia sebanyak tiga jenis pemeriksaan belum bisa dilakukan dari 24 jenis pemeriksaan," ungkap Adrianus. "Untuk pemeriksaan nan menggunakan clinical chemistry analyzer belum bisa dilakukan lantaran alatnya belum ada.”
Berdasarkan info Kementrian Kesehatan, saat ini tetap ada sekitar 40 persen puskesmas nan belum mempunyai sarana dan prasarana pemeriksaan kesehatan lengkap. Sementara sekitar 9,6 persen puskesmas tetap kekurangan dokter, 32,4 persen kekurangan master gigi, 10,6 persen kekurangan perawat, dan 6,6 persen kekurangan bidan. Bahkan, tetap ada 5 persen puskesmas nan belum mempunyai tenaga master sama sekali.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan, cek kesehatan cuma-cuma menyasar segala usia, termasuk lanjut usia mulai dari usia 60 tahun. Sementara bagi usia dewasa dan lansia, konsentrasi pemeriksaan bakal mencakup akibat stroke, jantung, kanker, serta kesehatan mental dan fisik.