ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pernahkah kita bertanya, gimana negara mengelola asetnya agar tidak hanya menjadi beban administrasi, tetapi juga sumber kekuatan ekonomi? Indonesia sekarang mempunyai jawaban melalui kelahiran Badan Pengelola Investasi Danantara, sebuah lembaga nan bakal mengelola aset negara senilai nyaris Rp 15.000 triliun agar tidak sekadar tercatat di laporan keuangan, tetapi betul-betul berkontribusi pada kesejahteraan rakyat.
Namun, apakah Danantara adalah solusi bagi negara, industri, dan masyarakat; atau, sekedar ilusi?
Mengenal Danantara
Danantara adalah singkatan dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara, nan berfaedah kekuatan (daya) masa depan (Anagata) Indonesia. Lembaga ini bukan sekadar badan pemerintah biasa, melainkan sebuah entitas ahli nan bakal mengelola aset negara dengan pendekatan bisnis. Tujuan utamanya adalah mengubah aset pasif menjadi sumber pendapatan nan produktif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dibentuk atas inisiasi pemerintah, Danantara diresmikan Senin (24/2) ini oleh Presiden Prabowo di Istana Negara, sebagai langkah strategis untuk memastikan aset negara dapat berkontribusi secara maksimal terhadap pembangunan nasional.
Cara Kerja
Bagaimana langkah kerja Danantara? Sederhananya, lembaga ini bakal bertindak seperti manajer investasi nan menangani portofolio keuangan, tetapi dalam skala negara. Salah satu strateginya adalah memanfaatkan aset negara nan belum termanfaatkan dengan baik dan mengubahnya menjadi proyek nan menguntungkan.
Sebagai ilustrasi, jika pemerintah mempunyai lahan kosong di pusat kota, Danantara tidak bakal membiarkannya terbengkalai. Lahan tersebut dapat dikembangkan menjadi pusat bisnis, area perkantoran, alias properti komersial nan menghasilkan pendapatan melalui sewa alias penjualan. Dengan demikian, aset nan sebelumnya tidak berbobot sekarang menjadi sumber pemasukan negara.
Selain itu, Danantara bakal menerapkan strategi diversifikasi investasi untuk memastikan stabilitas keuangan. Investasi tidak bakal difokuskan pada satu sektor saja, tetapi disebar ke beragam industri, mulai dari properti, teknologi, energi, hingga infrastruktur.
Keuntungan nan dihasilkan dari pengelolaan ini bakal dialokasikan untuk mendanai beragam proyek pembangunan nasional, seperti jalan tol, rumah sakit, sekolah, dan akomodasi publik lainnya. Dengan pendekatan ini, Danantara berkedudukan langsung dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Dampak Langsung
Keberadaan Danantara membawa faedah bagi banyak pihak, mulai dari negara, bumi usaha, hingga masyarakat luas. Bagi negara, untung dari investasi ini bakal menjadi sumber pendapatan baru nan mengurangi ketergantungan pada pajak dan utang luar negeri. Stabilitas ekonomi juga lebih terjaga lantaran negara mempunyai sumber finansial nan lebih beragam dan tidak hanya berjuntai pada penerimaan pajak alias ekspor komoditas.
Bagi industri, Danantara berfaedah sebagai katalisator pertumbuhan. Perusahaan-perusahaan dalam negeri nan memerlukan modal dapat memperoleh investasi dari Danantara untuk mengembangkan penemuan dan meningkatkan daya saing global. Lembaga ini juga membuka kesempatan kerja sama antara sektor publik dan swasta, memperkuat ekosistem upaya nan lebih sehat.
Sementara itu, masyarakat bakal merasakan akibat nyata dari investasi ini dalam corak pembuatan lapangan kerja baru, peningkatan jasa publik, dan penyediaan program sosial nan lebih luas. Dari pembangunan rumah sakit hingga perbaikan transportasi umum, semua ini bakal berkontribusi pada kesejahteraan nan lebih merata.
Belajar dari Temasek dan GPFG
Model pengelolaan aset negara seperti ini bukanlah perihal baru di dunia. Singapura dan Norwegia telah lebih dulu membuktikan keberhasilannya melalui lembaga serupa.
Temasek Holdings di Singapura, misalnya, telah mengelola aset negara dengan strategi diversifikasi investasi nan cermat. Keuntungan nan diperoleh tidak hanya memperkuat ekonomi negara, tetapi juga mendorong pengembangan penemuan dan teknologi.
Sementara itu, Government Pension Fund Global (GPFG) di Norwegia dikenal sebagai salah satu biaya investasi terbesar di dunia. Dengan menanamkan modalnya di beragam sektor global, GPFG bisa menjaga stabilitas ekonomi Norwegia serta membiayai program kesejahteraan negara seperti jasa kesehatan dan pendidikan berbobot tinggi.
Dengan potensi aset nan begitu besar, Danantara mempunyai kesempatan emas untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, sejarah menunjukkan bahwa keberhasilan sebuah lembaga tidak hanya berjuntai pada modal nan dimiliki, tetapi juga pada tata kelola nan transparan dan profesional.
Akankah Danantara bisa menjadi solusi bagi pengelolaan aset negara nan lebih baik, alias justru berisiko menjadi birokrasi baru nan tidak efisien? Keberhasilannya bakal sangat berjuntai pada manajemen nan bebas dari bentrok kepentingan serta komitmen pemerintah untuk memastikan akuntabilitasnya.
Jika dikelola dengan baik, Danantara bukan hanya sekadar "bayi baru" di bumi investasi negara, tetapi bisa menjadi kekuatan ekonomi nan mengubah wajah pembangunan nasional. Masyarakat perlu memahami dan mengawal perkembangannya agar betul-betul membawa faedah bagi semua
Steph Subanidja Guru Besar Ilmu Manajemen dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Perbanas
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu