As Makin Ngeri, Defisit Tembus U$s 1,15 T

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Masalah utang dan defisit Amerika Serikat (AS) memburuk selama bulan pertama Presiden Donald Trump menjabat. Dari info terbaru, defisit anggaran AS sekarang menembus nomor di atas US$ 1 triliun (setara Rp 16.400 triliun).

Angka ini dihitung selama lima bulan pertama tahun fiskal 2025. Data dicatat sejak Oktober 2024 masa pemerintahan Joe Biden dan bersambung di Januari-Februari, masa pemerintahan Trump.

Secara rinci, defisit AS sekarang berjumlah US$ 1,15 triliun (Rp 18.900 triliun). Ini juga US$ 318 miliar (Rp 5.229 triliun) lebih banyak dari rentang nan sama pada tahun 2024, alias sekitar 38% lebih tinggi, dan mencatat rekor untuk periode tersebut.

Khusus Februari ini saja, defisit tercatat lebih dari US$ 307 miliar (Rp 5.048 triliun) alias nyaris 2½ kali lipat dari bulan Januari. Angka ini 3,7% lebih tinggi dari Februari 2024.

Defisit meningkat lantaran pengeluaran untuk kembang utang, Jaminan Sosial, dan tunjangan perawatan kesehatan membanjiri pertumbuhan pendapatan. Tarif impor Trump pada mitra jual beli utama dan upaya pemerintahannya untuk memangkas pengeluaran pemerintah sejauh ini hanya berakibat sedikit.

"Penerimaan dan pengeluaran mencatat rekor untuk bulan tersebut," kata ahli bicara Departemen Keuangan, dikutip dari CNBC International, Kamis (13/3/2025).

Defisit anggaran AS sendiri membengkak dalam tiga tahun terakhir masa kedudukan mantan Presiden Joe Biden. Dalam periode Biden, defisit tumbuh dari US$ 1,38 triliun (Rp 22,7 ribu triliun) menjadi US$ 1,83 triliun (Rp 30 ribu triliun).

Sementara itu mengutip Reuters, Komite Anggaran Federal nan Bertanggung Jawab, sebuah golongan pengawas fiskal, mengatakan pinjaman pemerintah sejauh tahun fiskal ini mencapai sekitar US$ 8 miliar (Rp 131 triliun) per hari.

"Yang tidak perlu dikonfirmasi adalah bahwa kita nyaris melewati pertengahan tahun fiskal namun kita belum melakukan apa pun untuk membikin kemajuan dalam mengendalikan utang kita nan meroket," kata presiden golongan tersebut Maya MacGuineas.

Perlu diketahui, Trump telah menjadikan penataan finansial pemerintah sebagai prioritas sejak menjabat. Sejak menjabat, dia menciptakan apa nan disebut Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), nan dipimpin oleh Elon Musk.

Dewan penasihat juga telah mempelopori pemutusan hubungan kerja di beragam departemen selain insentif pensiun dini. Seorang ahli bicara Departemen Keuangan mengatakan belum ada akibat nan jelas dari upaya DOGE, namun tetap merujuk komentar lebih lanjut kepada panel nan dipimpin Musk.

Pada saat nan sama, Trump mau memperpanjang Undang-Undang Pemotongan Pajak dan Pekerjaan, nan dipelopori selama pemerintahan pertamanya. Sementara Trump telah menggembar-gemborkan pertumbuhan nan bakal dihasilkan oleh pengurangan pajak, sejumlah lembaga ahli filsafat mengatakan pembaruan undang-undang tersebut juga bakal menambah defisit sebesar US$ 3,3 triliun (Rp 54.200 triliun) selama dasawarsa berikutnya.


Warning Utang AS

Ray Dalio, pendiri Bridgewater nan juga sekarang ditunjuk sebagai salah satu personil Dewan Penasihat Badan Pelaksana Investasi Daya Aguna Nusantara (BPI Danantara) RI, memberi peringatan ke ekonomi Amerika Serikat (AS), Rabu (12/3/2025).

Ia mengatakan bahwa bahwa masalah permintaan-penawaran nan signifikan mengenai utang Paman Sam dapat berakibat sangat mengganggu pada ekonomi global.

Hal ini adalah bagian dari serangkaian peringatan keras lain nan sebelumnya diutarakan miliarder biaya lindung nilai AS itu. Perlu diketahui, saat ini utang nasional AS sudah mencapai lebih dari US$36,2 triliun (Rp 5.954 triliun).

"Hal pertama adalah masalah utang, kami mempunyai masalah permintaan-penawaran nan sangat parah," kata Dalio dalam wawancara dengan CNBC International."[AS harus] menjual sejumlah utang nan tidak bakal diinginkan dunia."

Ia pun mengatakan "ini sudah dekat" dan "ini sangat penting". Menurutnya itu bakal menjadi masalah besar, nan mengejutkan.

"Defisit AS perlu berubah dari tingkat nan diproyeksikan sebesar 7,2% dari produk domestik bruto menjadi sekitar 3% dari PDB," jelasnya.

"Itu masalah besar. Anda bakal memandang perkembangan nan mengejutkan dalam perihal gimana perihal itu bakal ditangani."


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: AS Diskusi Dengan Hamas Bahas Warga nan Jadi Sandera

Next Article Sst.. Ini Bocoran Nama Menteri Donald Trump, Ada Tokoh Anti China

Selengkapnya