ARTICLE AD BOX

TUBA falopi alias saluran nan menghubungkan antara rahim dan telur menjadi salah satu aspek kunci keberhasilan dalam mencapai kehamilan. Namun 1/8 alias 12,5% penyebab susah mengandung di Indonesia adalah lantaran aspek bermasalahnya saluran tersebut.
Spesialis obstetri dan ginekologi Klinik Melati RSAB Harapan Kita dr Mohammad Haekal menjelaskan, tuba falopi menjadi semacam jembatan nan menghubungkan dua pulau.
“Sperma masuk ke dalam rahim lampau dia bakal melewati jembatan ini untuk di ujungnya dia bakal ketemu telur. Lalu terjadi proses pembuahan, dibawa kembali ke dalam rahim. Setelah terjadi pembuahan itu, embrio alias bakal bayi bakal tertanam di rongga rahim. Jadi ini adalah penghubung antara rahim dan indung telur,” paparnya dalam siaran langsung di IG rsabhk, Rabu (22/1).
Hal itu, katanya, menandakan sungguh pentingnya keberadaan tuba ini. Baik alias buruknya berangkaian dengan terjadi alias tidaknya kehamilan.
Haekal mengatakan tuba nan bagus corak dan salurannya disebut tuba nan paten. Artinya dia bisa dilewati cairan.
“Tapi belum tentu bentuknya (yang berpengaruh), bisa saja bentuknya bagus tapi tidak paten. Bisa saja dia bentuknya tidak bagus tapi paten. Karena itu kita mesti lihat bentuknya, lampau patensinya,” katanya.
Penyebab tuba rusak nan paling sering, kata dr Haekal, ada dua ialah infeksi dan endometriosis. Baik jangkitan dari memek maupun jangkitan dari perut bisa menyebabkan tubanya rusak.
“Atau di Indonesia kan banyak kasus TB, itu juga bisa menyebabkan kerusakan pada saluran telur. Berikutnya chlamydia trachomatis, jangkitan juga, nan biasanya didapatkan dari penyakit menular seksual,” paparnya.
“Kedua lantaran endometriosis. Ada contoh kasus endometriosis-nya nempel di ujung tubanya, tersumbat. Selain itu lantaran faktor-faktor lainnya, seperti riwayat operasi dan lain-lain,” imbuhnya.
Selain itu ada sumbatan polip di dalam rongga rahim, ada miom nan menekan, ada adenomiosis. “Itu penyebab tuba tersumbat semua,” jelas dr Haekal.
Ada tiga langkah pemeriksaan tuba falopi ini.
-
Pertama dengan melakukan histerosalpingografi (HSG). HSG dilakukan sesaat setelah menstruasi. Lalu diberikan antibiotik terlebih dulu dan dikerjakan oleh master radiologi.
“Itu bakal disemprotkan cairan lampau bakal di-rontgen, dilihat kira-kira cairan ini melewati saluran telur alias tidak. Berikutnya bentuknya bagaimana,” katanya.
HSG ini punya kelebihan ialah bisa memandang corak rahimnya untuk mengindentifikasi kelainan corak rahim.
“Pemeriksaan dasar nan dapat dilakukan adalah pemeriksaan HSG lantaran dia bisa memandang aliran alias patensi dan corak dari tubanya. Dia cukup baik untuk memandang aliran tapi dia tidak cukup baik untuk memandang sumbatan,” ujar dr Haekal.
-
Berikutnya ada pemeriksaan Saline Infusion Sonohysterography (SIS). Pemeriksaan ini dilakukan dengan USG oleh master kandungan dengan memasukkan kateter ke dalam rahim lampau disemprotkan cairan.
Dengan support USG bisa diliha gimana rongga rahimnya dan apakah aliran airnya ini melewati tuba alias tidak. Namun kekurangannya dia tidak bisa memandang gimana corak saluran telurnya. “Lebih ke salurannya mampet alias tidak dan corak rahim,” katanya.
-
Pemeriksaaan lain adalah pemeriksaan Hysterosalpingo-foam sonography (Hyfosy) nan mirip-mirip SIS dengan menggunakan gel dan pedoman USG juga. “Dia juga kekurangannya tidak bisa menampilkan corak saluran telur,” jelasnya.
Ketika hasil HSG keluar dan misalnya diameter tuba normal, artinya bentuknya normal. Namun misalnya ada sumbatan di salah satu tuba. Itu memerlukan pemeriksaan laparoskopi dengan menggunakan metode minimal invasif.
“Kita lihat lansung ada masalah apa di tuba, gimana bentuknya. Kita bisa memandang juga gimana alirannya, paten alias tidak paten,” kata dr Haekal.
Menurutnya ketika info HSG menunjukkan tidak paten, itu belum tentu tidak paten. Salah satunya bisa naik tingkat pemeriksaannya dengan pemeriksaan laparoskopi untuk dicek betul-betul tersumbat alias tidak.
“Apa penyebab tersumbatnya? Jangan-jangan ada infeksi. Kalau memang bisa dibetulkan ya kita betulkan, kita koreksi tubanya. Kalau memang kiranya tidak memenuhi indikasinya, ya dibuang lantaran itu nan jadi penyebab susah hamil,” jelasnya.
Ia mengatakan bahwa jika ada sumbatan di salah satu tuba falopi tetap ada kemungkinan untuk mengandung alami.
“Kalau dua, mesti dilihat apakah betul tersumbat, lampau apa penyebab tersumbatnya, jika ada hidrosalping bisa dibenerin apa tidak alias mesti dibuang? Perlu dijawab dulu semuanya,” ujar dr Haekal.
ka tubanya kudu dipotong dua-duanya, berfaedah seseorang tidak bisa mengandung secara alami lantaran jembatan penghubung antara rahim dan telur sudah tidak ada.
“Berarti kita kudu berupaya mendapatkan telur lampau dikawinkan dengan sperma dan dimasukkan kembali ke dalam rahim. Itu dilakukan dengan langkah bayi tabung. Artinya proses kehamilannya sudah tidak bisa normal,” pungkasnya.