ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia - Uni Eropa (UE) dan India bakal menggelar obrolan untuk memperkuat hubungan jual beli di tengah dinamika tarif nan dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, nan mempengaruhi perdagangan global.
Dalam pertemuan pada Jumat mendatang, New Delhi dan Brussels bakal mengadakan sesi Dewan Perdagangan dan Teknologi kedua mereka, serupa dengan kemitraan nan dimiliki India dengan AS.
India dan UE sendiri telah lama mengupayakan perjanjian perdagangan bebas (FTA), tetapi kemajuannya lambat, dengan pembicaraan tersendat-sendat lantaran beragam masalah.
"Latar belakang geopolitik rupanya jauh lebih krusial daripada nan semula dijadwalkan [untuk pertemuan]," kata Mohan Kumar, mantan diplomat India dan guru besar di Universitas Global O.P. Jindal, dalam sebuah webinar seperti dikutip South China Morning Post (SCMP), Selasa (25/2/2025).
"Namun, jika perang tarif dengan AS dan ketidakpastian geopolitik nan dibawa oleh Trump tidak dapat memaksa India dan UE untuk menandatangani FTA, maka saya tidak tahu apa nan bakal terjadi," katanya.
Trump telah berulang kali menakut-nakuti bakal melancarkan perang jual beli dengan UE selain blok tersebut membeli lebih banyak minyak dan gas Amerika. Ancaman ini sangat mirip dengan pernyataan nan dibuatnya tentang India setelah mengkritik tarif tinggi New Delhi.
Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi mengunjungi Washington awal bulan ini, di mana kedua belah pihak sepakat untuk memperluas perdagangan dua arah. Namun, lantaran sifat Trump nan tidak menentu, para mahir telah menyarankan bahwa New Delhi kudu mendiversifikasi kemitraannya.
"Hubungan India dengan AS dimulai dengan baik, tetapi India kudu meningkatkan hubungan global, dan India bakal mengandalkan UE untuk 'konvergensi strategis'," kata Kumar.
Dipercepat
Ia menambahkan bahwa dorongan untuk menyelesaikan FTA perlu dipercepat di tingkat tertinggi oleh instansi PM India dan Dewan Eropa. Kemitraan teknologi antara kedua belah pihak kudu bergerak ke arah nan sama, imbuhnya, meskipun dia "kecewa dengan kecepatannya".
Salah satu halangan utama untuk hubungan perdagangan nan lebih kuat adalah rencana UE untuk menerapkan Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon mulai tahun depan, nan bakal mengenakan biaya pada karbon nan dikeluarkan selama produksi barang-barang nan mengandung banyak karbon.
Para kreator kebijakan India memandang rencana tersebut sebagai tantangan, lantaran negara tersebut sangat berjuntai pada batu bara dan bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan energinya, meskipun New Dehli telah memperluas daya terbarukannya secara signifikan.
Kumar menyebut Uni Eropa sebelumnya mendesak India untuk mengurangi emisi, tetapi ini tidak mungkin dilakukan tanpa support finansial dan teknologi dari blok tersebut lantaran New Delhi perlu memastikan keamanan daya bagi 500 juta orang miskin.
India, ekonomi terbesar kelima di dunia, telah berupaya memenuhi standar lingkungan seperti dengan memproduksi baja ramah lingkungan meskipun ada biaya tambahan dan menyelaraskan prasarana pengisian daya untuk kendaraan listrik sesuai dengan UE.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Trump-Modi 'Kopi Darat' di Gedung Putih
Next Article Waspada Perang Baru Dimulai: AS VS Eropa