ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Jelang kerja hormat untuk merevitalisasi Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Bali, Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf (Gus Ipul) berbincang dengan beragam pihak di pendopo area Tahura. Dalam kesempatan ini, Gus Ipul menegaskan mau membikin legacy pemberdayaan berbasis masyarakat.
Kerja hormat di Tahura Ngurah Rai bakal menjadi kali ketiga Kemensos mengadakan upaya revitalisasi sungai sekaligus memberdayakan masyarakat nan tinggal di wilayah aliran sungai.
"Kerja Bakti ini bukan perihal baru. Kami mau menguatkan kolaborasi, kami mau menguatkan kebersamaan," ujar Gus Ipul, dalam keterangan tertulis, Senin (23/2/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sesuatu jika dilakukan bersama-sama terpadu dan berkepanjangan bakal terlihat hasilnya. Ada bedanya before after," sambungnya.
Gus Ipul menegaskan bakal terus melakukan aktivitas serupa secara berkepanjangan di beragam titik di Indonesia dan bukan sekadar formalitas semata. Tujuannya, agar lingkungan di Tahura bersih dan masyarakatnya punya kesadaran.
"Kita mau bikin langkah-langkah mini dari satu desa alias tempat mana pun untuk bikin perubahan berbasis masyarakat," imbuh Gus Ipul.
Gus Ipul pun berpesan kerja hormat ini agar tak hanya dilakukan satu kali saja. Dibutuhkan upaya pembersihan berkesinambungan untuk menangani krisis sampah dan persoalan sosial nan turut timbul.
"Saya berambisi (kerja bakti) ini bakal berkelanjutan. Kalau perlu, pakai ekskavator," imbuh Gus Ipul.
Dalam mengatasi krisis sampah nan melanda Tahura Ngurah Rai, Kemensos merangkul beragam pihak untuk berkolaborasi. Tak hanya melibatkan pemerintah setempat, Kemensos juga melibatkan pilar-pilar sosial, desa adat, pemerintah wilayah dan juga organisasi lingkungan hidup seperti Sungai Watch.
Krisis sampah Tahura Ngurah Rai berasal dari sampah-sampah nan dibuang langsung ke sungai dan juga sampah dari laut nan terkumpul di rimba mangrove. Manajer Lapangan Sungai Watch I Made Dwi Bagiasa mengungkapkan kerjasama beragam pihak dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.
"Kami dari Sungai Watch tidak bisa sendiri, tentu memerlukan semua pihak," kata Made.
Made menambahkan empat tahun lalu, kondisi Tahura menyerupai bukit sampah. Dengan kerjasama beragam pihak untuk merevitalisasi Tahura, keadaannya sekarang membaik, meski tetap banyak sampah nan kudu dibersihkan.
Kerja hormat nan dilaksanakan oleh Kemensos dan beragam pihak besok merupakan salah satu upaya untuk mengatasi krisis sampah. Sekitar 500 pilar-pilar sosial dan penduduk setempat bakal turut serta membersihkan Tahura pada Selasa (25/2).
Melalui revitalisasi dan pemberdayaan masyarakat sekitar Tahura, diharapkan Tahura bisa berkedudukan kembali sebagai pusat konservasi, edukasi, sekaligus destinasi wisata.
(anl/ega)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu