Jaga Warisan Intelektual, Ibas Akan Kawal Regulasi-insentif Penulis

Sedang Trending 22 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menyoroti soal rumor plagiarism, royalti, hingga hibah literasi dan ketersedian ragam kitab referensi di kalangan penulis.

Ibas mengatakan saat ini ada banyak hambatan nan dihadapi para penulis. Untuk itu, pihaknya bakal terus mendorong kemajuan para penulis Indonesia. Sebab menurutnya, membaca dan menulis merupakan salah satu upaya untuk memajukan bangsa.

"Kita kudu tau dalam kehidupan sekarang ini, tidak mudah menjadi penulis. Ada tantangan dan hambatan nan dihadapi. Apalagi di era digital saat ini. Pertama, rendahnya tingkat literasi Indonesia. Menurut ranking UNESCO tahun 2021, Indonesia berada di ranking 100 dari 208 negara," papar Ibas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini menunjukan kurangnya minat baca nan berakibat pada lemahnya apresiasi karya tulis. Tidak hanya berbincang nan ada di Jakarta dan di kota-kota besar, tetapi di seluruh pelosok Tanah Air," sambung Ibas.

Hal tersebut disampaikannya dalam Audiensi dengan penulis wanita muda Indonesia bertema 'Ibu Punya Mimpi, Perempuan Berkisah: Penulis Indonesia Mendunia Tak Terbatas' di Gedung MPR RI, pada Rabu (12/3/2025).

Ibas menilai teknologi dapat mempermudah akses, namun juga bisa menjadi distraksi digital media sosial. Bahkan, teknologi terkadang juga menjadi penghambat konsentrasi menulis dan membaca. Belum lagi adanya hambatan lainnya seperti plagiarisme.

"Plagiarisme, pembajakan kitab tetap cukup marak. Merugikan penulis nan berjuntai pada royalti. Hak cipta kerap diabaikan dan menakut-nakuti kesejahteraan para penulis. Akibatnya penulis pemula bakal kesulitan mengembangkan keahliannya dalam menulis," kata Ibas.

"Jadi tidak hanya di bumi musik, tapi di bumi cipta karya kitab ini juga tetap perlu kita dengar, kita carikan solusi terbaiknya, dan kita pikirkan gimana nan menguntungkan untuk semua pihak," lanjutnya.

Pada kesempatan tersebut, Ibas menegaskan bakal terus mendengar dan mengawal agar negara datang menciptakan kebijakan dan izin nan berpihak pada kesejahteraan penulis Indonesia.

"Kami di MPR RI, Fraksi Partai Demokrat mendengar, bekerja dan mengawal agar peran negara datang melalui regulasi, kebijakan, dan insentif nan tepat untuk para penulis," jelasnya.

Ia pun memaparkan tentang UU 28 tahun 2014 nan memberikan kepastian hukum. Hal ini termasuk insentif pajak final 0.5% untuk penghasilan di bawah 500 juta pertahun.

"Kalau pajaknya terlalu tinggi, terlalu mahal, membikin motivasi dari para penulis itu terdegradasi (menurun)," imbuhnya.

Kemudian, Ibas juga membahas tentang pendanaan dan hibah literasi agar dapat terus meningkat. "Kami juga berambisi negara bisa memperhatikan agar pendanaan dan hibah literasi bisa terus tumbuh dan meningkat, lebih besar. Pendanaan mengenai dengan biaya Indonesia, terakhir di masa lampau itu sekitar 2T (triliun), itu bisa terus kita lanjutkan alias tingkatkan," tegasnya.

Ibas juga berambisi adanya keberpihakan dalam pendidikan. Salah satunya seperti danasiwa seni budaya bagi mereka nan mahir dalam bagian seni dan karya tulis.

Dalam sambutannya, Ibas juga membahas sistem pendidikan di Swedia, nan saat ini kembali menerapkan pembelajaran melalui textbook. Untuk itu, Ibas membujuk seluruh pihak agar memberikan dorongan, support dan memastikan agar semua bisa terus mempromosikan buku.

"Yang awalnya berbasis online, pendekatan dengan peralatan teknologi, hari ini kembali pada proses konservatif, menggunakan buku, pembelajaran melalui teks book. Artinya Indonesia tidak tertinggal untuk pengembangan bumi pendidikan, bumi baca, tulis, dan lainnya," papar Ibas.

"Melalui pameran kitab alias bisa kita lakukan dengan international book fair, kerjasama serupa di tingkat nasional dan tingkat dunia, memastikan minat baca anak kita semakin meningkat," sambungnya.

Ibas juga mendorong agar jumlah kitab nan beredar semakin besar, berkualitas, dan bervariasi. "Kita sorong agar jumlah kitab beredar pun semakin besar. Berkualitas, apalagi buku-bukunya melegakan pikiran, memberikan kreativitas. Bukan kitab negatif, nan hoax, nan keluar dari sebuah etika kehidupan bangsa," tegasnya.

Lebih lanjut, Ibas menekankan pentingnya memberikan penghargaan dan apresiasi kepada penulis melalui beragam event. "Literasi bukan sekedar membaca, tapi juga mengambil makna dari setiap kata," paparnya

Ibas optimistis Indonesia mempunyai kesempatan menciptakan sumber daya nan unggul. "Mengutip nan disampaikan Lewis Carrol dalam kitab 'Alice's Adventures in Wonderland': It's no use going back to yesterday. Because I was a different person then," urainya.

"Setiap perjalanan hidup seperti buku, selalu menghadirkan bab baru dalam kehidupan. Karenanya kita jangan terus terpaku pada masa lalu, tapi kita gapai masa depan penuh tantangan. Setuju ya?" kata Ibas.

Di akhir sambutannya, Ibas membujuk untuk menjaga asa, terus maju, dan berkarya. "Akhirnya teman-teman nan pandai dan kreatif. Mari jaga asa kita untuk terus maju, berkarya, demi menjaga warisan intelektual bangsa. Semoga obrolan ini menjadi penyemangat dan sebagai landasan kita semua dalam merancang kebijakan nan lebih progresif, inklusif dan berkelanjutan," ungkapnya.

"Membaca dan menulis bukan hanya ekspresi diri tapi merupakan bagian dari memajukan Ibu Pertiwi. Teruslah membaca dan menulis. Berbagi cerita dan menginspirasi," lanjut Ibas.

Senada, penulis novel sekaligus peserta aktivitas Meisya Sallwa berambisi agar pemerintah dapat bergerak berbareng memberikan pengaruh jera pada tindakan plagiarism.

"Banyak sekali kitab diplagiat, tapi tidak ada tindakan nan memberikan pengaruh jera. Sebagai penulis banyak pengaruh buruk, tidak hanya berakibat pada penulis tapi seluruh industri penulisan nan dirugikan. Semoga pemerintah bergerak berbareng membikin kebijakan nan memberikan pengaruh jera pada plagiarism. Bisa diberikan langkah konkret untuk disosialisasikan lebih luas lagi," pungkasnya.

Sebagai informasi, aktivitas ini turut dihadiri beberapa peserta nan merupakan penulis perempuan, di antaranya Meisya Sallwa, Grace Reinda, Fayanna Allisha, Nadzira Shafa Askar, Erisca Febriani, dan lain sebagainya. Hadir pula Anggota FPD DPR RI Sabam Sinaga, Raja Faisal Manganju Sitorus, dan Faujia Helga Br. Tampubolon.

(ega/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Selengkapnya