Hasil Pemilu Jerman: Tokoh Ini Bakal Jadi Kanselir Baru

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Jerman mengadakan pemilihan umum (pemilu), Minggu (23/2/2025). Sejauh ini, nomor jajak pendapat menunjukan kelebihan untuk partai oposisi nan juga sempat berkuasa di Negeri Rhein itu, Partai Uni Demokratik Kristen (CDU), dengan perolehan 28,5% suara.

Mengutip CNN International, markas besar partai CDU dipenuhi sorak-sorai dan tepuk tangan pada Minggu malam saat hasil jajak pendapat diumumkan dan menjadi jelas bahwa partai tersebut bakal menjadi golongan terbesar setelah pemilihan. Dengan hasil ini, pemimpin CDU Friedrich Merz diproyeksikan bakal menjadi Kanselir baru.

Merz, nan tidak mempunyai pengalaman sebelumnya dalam jabatan, bakal menjadi kanselir ketika ekonomi terbesar di Eropa itu sedang terpuruk. Selain itu, masyarakat Jerman juga tetap terpecah lantaran migrasi, dan keamanan Berlin terjebak antara Amerika Serikat (AS) nan suka berkonfrontasi dan Rusia serta China.

Merz mengarahkan perhatiannya kepada AS dalam pernyataannya nan blak-blakan setelah kemenangannya. Ia mengkritik komentar Presiden AS Donald Trump nan menurutnya 'keterlaluan' selama kampanye dan membandingkannya dengan intervensi nan berbeda dari Rusia.

"Jadi, kita berada di bawah tekanan nan sangat besar dari dua pihak sehingga prioritas utama saya sekarang adalah mencapai persatuan di Eropa. Persatuan di Eropa dapat diciptakan," katanya dalam obrolan panel dengan para pemimpin lainnya dikutip Reuters.

Serangan Merz terhadap AS muncul meskipun Presiden Donald Trump menyambut baik hasil pemilu tersebut. Trump menyebut hasil ini membuktikan bahwa masyarakat Jerman telah capek dengan isu-isu mengenai daya dan migrasi, sama seperti negara pimpinannya.

"Seperti halnya AS, rakyat Jerman merasa capek dengan agenda nan tidak masuk akal, terutama mengenai daya dan imigrasi, nan telah bertindak selama bertahun-tahun," tulis Trump di Truth Social.

Sementara itu, mengikuti CDU, partai sayap kanan Alternatif Untuk Jerman (AfD) diprediksi memperoleh 20,5% suara. AfD, nan kental dengan nuansa anti Islam, memandang hasil hari Minggu sebagai awal.

"Kami tetap mengulurkan tangan untuk membentuk pemerintahan," kata pemimpin AfD Alice Weidel kepada para pendukungnya, seraya menambahkan "lain kali kami bakal menjadi nan pertama."

Pembentukan Koalisi

Merz bakal memasuki perundingan koalisi tanpa tangan negosiasi nan kuat. Meskipun CDU muncul sebagai blok terbesar, blok ini memperoleh hasil terburuk kedua pascaperang.

Masih belum pasti apakah Merz bakal memerlukan satu alias dua mitra untuk membentuk mayoritas, dengan nasib partai-partai nan lebih mini nan tidak jelas sehingga dapat mengacaukan kalkulasi parlemen.

Partai Sosial Demokrat (SPD) Kanselir Scholz jatuh ke hasil terburuk mereka sejak Perang Dunia Kedua, dengan 16,5% suara. Partai Hijau memperoleh 11,8%.

Dukungan nan kuat terutama dari pemilih nan lebih muda mendorong partai Die Linke nan berpatokan paling kiri memperoleh 8,7% suara. Partai Demokrat Bebas (FDP) nan pro-pasar dan pendatang baru Sahra Wagenknecht Alliance (BSW) berada di sekitar periode pemisah 5% untuk memasuki parlemen.

"Koalisi tiga partai berisiko mengalami lebih banyak kekacauan dan stagnasi selain semua pihak nan terlibat menyadari bahwa ini adalah kesempatan terakhir untuk membawa perubahan dan mencegah AfD menjadi lebih kuat," kata Carsten Brzeski, kepala makro dunia di grup perbankan ING.

"Selama pemerintahan baru tidak membawa perubahan signifikan, investasi asing juga bakal tertahan, nan melemahkan prospek ekonomi Jerman."

Jumlah pemilih sebesar 83% merupakan nan tertinggi sejak sebelum reunifikasi pada tahun 1990, menurut jajak pendapat. Pemilih laki-laki condong lebih condong ke kanan, sementara pemilih wanita menunjukkan support nan lebih kuat untuk partai-partai kiri.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Mengejutkan! Ekonomi Jerman Tak Tumbuh Sejak 2023

Next Article Jerman Kacau Balau, Krisis Ekonomi Menggila-Pemerintahan Kolaps

Selengkapnya