ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia -Babak baru perang Rusia Ukraina di depan mata. Selasa (11/3/2025) perundingan gencatan senjata dilaporkan bakal berjalan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan kepala diplomat Amerika Serikat (AS), Menteri Luar Negeri (Menlu) Marco Rubio.
Bukan negara Eropa nan dipilih melainkan Arab Saudi. Jeddah bakal menjadi tuan rumah pertemuan menuju akhir perang, meski tak ada Rusia di pembicaraan itu.
Mengutip AFP, Zelensky telah mendarat di Jeddah Senin. Sebelumnya, negerinya mengusulkan gencatan senjata parsial, untuk udara dan laut, nan meningkatkan angan kedamaian setelah tiga tahun perang.
"Kami memang mempunyai proposal untuk gencatan senjata di langit dan gencatan senjata di laut," kata seorang pejabat Ukraina dengan syarat anonim.
"Karena ini adalah opsi gencatan senjata nan mudah dipasang dan dipantau, dan memungkinkan untuk memulainya."
Perlu diketahui pembicaraan ini terjadi sebulan setelah Zelensky cekcok dengan Presiden AS Donald Trump di depan publik saat ke Washington. Ia mempertanyakan kecenderungan AS memihak Rusia, nan membikin Trump menganggapnya bertindak tak sopan.
Zelensky kemudian pulang dari Gedung Putih lebih sigap dari jadwal. Bahkan, dia pergi tanpa menandatangani kesepakatan mineral nan diminta oleh Trump.
Washington sejak itu menangguhkan support militer ke Ukraina serta pembagian intelijen dan akses ke gambaran satelit. Ini menjadi upaya AS untuk memaksanya ke meja perundingan dengan Moskow.
"Saya tidak mengatakan itu saja sudah cukup, tetapi itu adalah jenis konsesi nan perlu Anda lihat untuk mengakhiri konflik," kata Rubio.
"Anda tidak bakal mendapatkan gencatan senjata dan mengakhiri perang ini selain kedua belah pihak membikin konsesi," katanya.
Rubio menambahkan bahwa dia berambisi untuk "menyelesaikan" penangguhan support militer. Namun pertemuan Selasa, tegasnya, tetap menjadi kunci.
"Saya pikir pendapat tentang jarak bantuan, secara umum, adalah sesuatu nan saya minta dapat kita selesaikan. Jelas, apa nan terjadi besok bakal menjadi kunci untuk itu," tegasnya.
Di Arab Saudi, Zelensky diperkirakan bakal berjumpa dengan penguasa de facto Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Tak jelas apakah putra Raja Salman bin Abdulaziz itu bakal duduk berbareng pihak nan bertikai alias tidak.
Kerangka Gencatan Senjata?
Sayangnya belum ada detil soal kerangka gencatan senjata. Tapi surat berita Financial Times Inggris- mengutip sumber nan diberi pengarahan tentang persiapan pembicaraan- mengatakan tawaran Kyiv untuk gencatan senjata sebagian ditujukan untuk meyakinkan AS agar tetap melanjutkan support militer dan berbagi intelijen.
Ini pun didukung pernyataan instansi Perdana Menteri (PM) Inggris Downing Street. Keir Starmer mengatakan kepada Trump dalam panggilan telepon Senin bahwa dia berambisi pembicaraan itu bakal mengarah pada AS nan melanjutkan support militer ke Ukraina.
Sebelum berangkat ke Jeddah Zelensky pun mengatakan Ukraina menginginkan perdamaian. Ia pun menegaskan bahwa Rusia adalah satu-satunya argumen perang terus berlanjut.
"Ukraina telah mencari perdamaian sejak detik pertama perang, dan kami selalu mengatakan bahwa satu-satunya argumen perang terus bersambung adalah lantaran Rusia," tulisnya di media sosial.
Zelensky mengatakan negosiatornya bakal mencakup Menteri Luar Negeri Andriy Sybiga dan Menteri Pertahanan Rustem Umerov, kepala stafnya Andriy Yermak dan Pavlo Palisa, seorang komandan militer dan wakil Yermak. Di sisi AS, selain Rubio, Mike Waltz, penasihat keamanan nasional Trump, juga telah mengonfirmasi keikutsertaannya.
Trump Beri Sanksi ke Rusia?
Di sisi lain, Trump dilaporkan memperbarui komunikasinya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Jumat, nan mengejutkan adalah, dia mengatakan bahwa AS sedang mempertimbangkan hukuman lebih lanjut terhadap Rusia lantaran "menggempur" Ukraina di medan perang.
Sayangnya tak ada perihal detil soal ini. Hubungan Trump dan Putin sendiri diketahui mesra, apalagi sejak Trump memimpin di kedudukan pertamanya 2017 hingga 2021.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Trump-Putin Dituduh Bersekongkol Setop Bantuan ke Ukraina
Next Article Putin Makin Menggila, Tentara Ukraina Kabur-Rusia Terus Rebut Wilayah