Trump Desak Pengadilan Rilis Dokumen Kasus Epstein

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Menyusul persetujuan pengadilan, pada hari Kamis (17/07), Presiden AS Donald Trump memerintahkan Jaksa Agung Pamela Bondi untuk merilis kesaksian majelis juri penyelidik mengenai kasus pelaku perdagangan seks anak di bawah umur Jeffrey Epstein.

Trump pernah menyatakan telah mengenal Epstein sejak lama. Kasus ini diisukan menyimpan arsip berisi nama-nama pejabat tinggi dan tokoh krusial AS, nan belakangan kembali membebani pemerintahan Trump, menyusul dorongan transparansi dari pendukung sendiri.

Namun tuduhan adanya keterlibatan dibantah oleh Trump. "Penipuan ini, nan dipelihara oleh Partai Demokrat, kudu dihentikan sekarang juga!" tulisnya di platform Truth Social, mengkritik "perhatian berlebihan nan diberikan kepada Jeffrey Epstein."

Tak lama setelah pernyataan Trump, Bondi menyatakan di X bahwa Departemen Kehakiman siap mengusulkan permohonan ke pengadilan pada hari Jumat (18/07) untuk membuka segel transkrip majelis juri tersebut.

Trump dituduh menulis surat ulang tahun cabul untuk Epstein

Pengumuman terbaru Trump mengenai kasus Epstein muncul setelah ancamannya untuk menggugat surat berita The Wall Street Journal (WSJ) atas laporan nan menyebut bahwa orang nomor satu di AS itu pernah menulis surat bersuara mesum untuk Epstein.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Surat tersebut diduga berisi gambar seorang wanita telanjang, nan juga memuat tanda tangan Trump sebagai bagian dari gambar tersebut, dalam kumpulan catatan untuk ulang tahun ke-50 Epstein pada tahun 2003.

Trump dengan tegas membantah menulis surat itu, dengan menyebutnya "palsu, jahat, dan memfitnah," serta menuduh surat berita tersebut mengabaikan sanggahan langsung darinya.

"Presiden Trump bakal segera menggugat The Wall Street Journal, NewsCorp, dan Rupert Murdoch. Pers kudu belajar berbicara jujur dan tidak mengandalkan sumber nan mungkin apalagi tidak ada," tulis Trump di Truth Social.

Kasus Epstein dan ketegangan Trump dengan pendukung MAGA

Presiden Trump telah berada di bawah pengawasan ketat mengenai hubungan masa lalunya dengan Epstein.

Trump termasuk di antara sejumlah tokoh ternama nan pernah mengenal Epstein, meskipun dia membantah pernah mengunjungi properti terkenal Epstein di Kepulauan Virgin, Amerika Serikat.

Jeffrey Epstein adalah seorang pengusaha tajir nan ditangkap pada tahun 2019 atas tuduhan perdagangan seks anak dan konspirasi. Ia dikenal mempunyai jaringan hubungan dengan sejumlah tokoh berpengaruh, termasuk beberapa figur publik dan politikus.

Epstein meninggal bumi akibat bunuh diri di penjara saat menunggu persidangan, nan kemudian memicu beragam spekulasi dan teori konspirasi. Kasusnya menjadi sorotan dunia lantaran dugaan pemanfaatan seksual terhadap korban anak di bawah umur dan keterlibatan orang-orang kuat dalam skandal tersebut.

Kasus Epstein menyoroti sungguh seringnya laki-laki berkuasa terlibat dalam perilaku cabul nan merusak kepercayaan masyarakat, sebagaimana disebutkan Tarana Burke, salah satu pendiri aktivitas #MeToo dalam wawancara dengan the Guardian:: "Kekerasan seksual adalah penyalahgunaan kekuasaan nan sangat dalam." Sementara aktivis Gloria Steinem mengingatkan: "Tanpa adanya pertanggungjawaban, kekuasaan hanyalah resep untuk penyalahgunaan."

Perlindungan tokoh berpengaruh

Selama kampanye pemilu AS 2024, Trump berjanji bakal merilis berkas mengenai Epstein, namun kemudian meminta para pendukungnya di aktivitas "Make America Great Again (MAGA)" untuk melupakan berkas tersebut.

Banyak pendukung Trump, khususnya dari inti aktivitas MAGA, menuduh pemerintahan melindungi tokoh-tokoh berpengaruh nan diduga mengenai kasus ini.

Kasus Epstein menjadi sumber perselisihan paling mencolok antara Trump dan pedoman pendukung setianya menjelang pemilu tengah periode 2026.

Selain itu, Trump juga acapkali dituduh melakukan pelecehan seksual. Pada Januari 2024, pengadilan memerintahkan Trump bayar tukar rugi sebesar 83,3 juta dolar AS kepada E. Jean Carroll atas pencemaran nama baik lantaran menyangkal telah memperkosanya tiga dasawarsa lalu.

Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

Editor: Rizky Nugraha

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Selengkapnya