Salah Perhitungan, Tsunami Raksasa Gulung Jepang-mayat Bergelimpangan

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Bencana tsunami raksasa nan menimpa Jepang 2011 betul-betul di luar dugaan banyak orang.

Saat fajar menyingsing pada tanggal 11 Maret 2011, seorang pekerja Ryo Kanouya bergegas keluar dari rumah untuk pergi kerja. Tak ada sesuatu perihal berbeda. Setelah sampai di instansi dia pun konsentrasi kerja dari pagi hingga siang.

Begitu juga rekan kerjanya nan lain. Semua konsentrasi kerja dan sesekali berbincang berbareng rekan di kala senggang. Situasi ini terus bersambung sampai akhirnya berubah saat jam menunjukkan pukul 15.30 waktu setempat.

Tiba-tiba ponsel Ryo dan semua temannya berdering. Ada notifikasi gempa nan kemudian diikuti goncangan besar di wilayah Fukushima. Bangunan-bangunan bergoyang hebat. Masyarakat berceceran mencari perlindungan. Namun, kuatnya guncangan menyulitkan mereka untuk melangkah alias berlari menyelamatkan diri.

Pada saat bersamaan, banyak gedung ambruk. Pohon dan tiang listrik roboh dalam sekejap. Semua itu berhujung 6 menit kemudian. Ryo pun langsung menenangkan diri dari gempa besar. Sayang, semua tak berhujung pada 15.36.

"Saat kami berupaya menenangkan diri dari gempa besar itu, peringatan tsunami dikeluarkan," ungkap Ryo kepada National Geographic, dikutip Sabtu (15/3/2025).

Otoritas mengenai menyebut tsunami mendatang mencapai tiga meter. Perusahaan pun langsung memerintahkan semua tenaga kerja untuk bergegas pulang membantu warga. Ryo segera manut dan segera pulang ke rumah nan kebetulan hanya berjarak 1 Km dari pinggir pantai.

Sesampainya di rumah, Ryo ditenangkan oleh family nan berpikir peringatan tsunami sudah selesai. Toh, setelah beberapa menit, air tak kunjung naik ke daratan. Sayang, perkiraan family salah dan ketakutan Ryo nan benar.

Saat memandang ke jendela, laki-laki kelahiran 1990 tersebut kaget terperanjat. Ternyata air bergerak bak kilat dan langsung berada di depan matanya. Dia pun tak bisa mengelak dan hanya pasrah saat gelombang air menerjang jendela dan tembok rumah.

Awalnya, Ryo percaya rumahnya bakal bertahan. Namun, gelombang nan makin tinggi dan arus makin kuat akhirnya meratakan tempat tinggalnya. Ryo pun terombang-ambing dan sudah menghirup banyak air. Saat situasi normal, diketahui gelombang tsunami mencapai ketinggian 40 meter.

"Lebih baik saya menghembuskan udara nan tersisa di paru-paru saya untuk mati," kenang Ryo.

Dia pun otomatis terpisah dengan keluarga. Ryo ingat dia terombang-ambing di atas air dengan memegang lemari. Pada titik ini dia merasa lega, tetapi timbul rasa iba atas nasib orang kurang beruntung.

Sejauh mata memandang, dia memandang banyak orang tenggelam. Ada juga nan mencoba memperkuat hidup di atas tumpukan puing. Ada juga nan sudah mengapung tanda tak lagi bernyawa.

"Saya pun menunggu sampai permukaan air surut, perlahan-lahan turun saat air surut sampai saya kembali menginjak tanah," terang Ryo.

Saat menginjak tanah, kaki Ryo langsung lemas. Setelah melewati 'kiamat', dia memandang Fukushima rata dengan tanah. Banyak orang meninggal. Ada juga nan luka-luka. Ryo sendiri tetap sehat tanpa luka. Dia hanya terancam meninggal kedinginan.

Namun, ada satu perihal nan patut disyukuri: Ryo, ayah, ibu, dan kerabat wanita tetap selamat. Hanya neneknya nan lenyap entah kemana, diduga meninggal dan tak bisa ditemukan sampai sekarang.

'Kiamat' Tak Selesai

Saat situasi normal, pemerintah Jepang mencatat tsunami disebabkan oleh gempa berkekuatan M9 dan masuk kategori megathrust. Getaran tersebut membikin gelombang tsunami setinggi 40 meter nan bergerak hingga 700 Km/Jam.

Situs Britannica mencatat, gempa dan tsunami membikin 18.500 orang meninggal, 10.800 hilang, dan 4.000 orang luka-luka. Ini belum memperhitungkan ribuan rumah penduduk nan tak bisa lagi ditempati.

Meski begitu, musibah tak kunjung berakhir. Sehari setelah musibah alam, otoritas mengumumkan reaktor nuklir Fukushima bocor. Akibatnya, inti nuklir mencemari lingkungan dan membikin kota Fukushima tak bisa lagi ditempati. Alhasil, masyarakat menjalani kehidupan sesuai peribahasa: sudah jatuh tertimpa tangga.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Gempa Guncang Italia, Belasan Warga Naples Terluka

Next Article Jepang Dilanda Gempa Besar, BMKG: Tidak Ada Potensi Tsunami di RI

Selengkapnya