ARTICLE AD BOX

DOKTER ahli penyakit dalam lulusan Universitas Indonesia (UI) Faradiessa Addiena mengatakan seseorang nan menderita penyakit diabetes nan mempunyai akibat tinggi dianjurkan tidak melakukan puasa di bulan Ramadan.
"Walaupun aktivitas berpuasa itu adalah suatu kewajiban, tapi bagi mereka nan punya glukosuria dengan akibat sangat tinggi dianjurkan untuk tidak berpuasa dulu," kata Faradiessa, dikutip Selasa (11/3).
Berpuasa ketika kadar gula darah terlalu rendah alias terlalu tinggi dapat menyebabkan beragam macam komplikasi nan rawan bagi kesehatan.
Dia menyebut beberapa komplikasi nan muncul pada pasien glukosuria berisiko tinggi antara lain hipoglikemia nan terjadi ketika kadar gula darah turun di bawah 70 mg/dL. Kondisi ini bisa menyebabkan pusing, lemas, hingga kehilangan kesadaran.
Hiperglikemia, dengan kadar gula darah di atas 300 mg/dL, dapat memicu Ketoasidosis Diabetik, terutama jika pasien mengalami dehidrasi.
Dehidrasi juga meningkatkan akibat trombosis, ialah pembentukan gumpalan darah nan dapat menyumbat pembuluh darah. Hal ini meningkatkan akibat stroke dan penyakit jantung koroner.
"Terus akibat sangat tinggi itu lagi pada mereka dengan glukosuria melitus jenis 1 itu baiknya tidak berpuasa. Kondisi lagi sakit akut atau
sedang menjalankan pekerjaan bentuk sangat berat nan meningkatkan akibat dehidrasi itu juga baiknya tidak berpuasa," ujar Faradiessa.
Dia menganjurkan, penderita glukosuria melakukan screening untuk menentukan tingkat akibat penyakit nan diidapnya sebelum menjalani puasa Ramadan.
Menurutnya, waktu ideal untuk melakukan screening adalah dua bulan sebelum memasuki bulan Ramadan, alias paling lambat dua minggu sebelum berpuasa.
Kadar gula darah nan kondusif untuk melakukan puasa adalah 80-130 mg/dL dengan kadar gula darah dua jam setelah makan di bawah 180 mg/dL.
"Kalau diabetesnya terkendali, alias misalkan sudah tercapai target, obat-obatannya juga obatan oral, tidak pernah ada riwayat hipoglikemia dan tidak pernah ada riwayat hiperglikemia, itu relatif kondusif untuk berpuasa," pungkas master nan berpraktik di RS Permata Depok itu. (Ant/Z-1)