Kriminolog Ugm Duga Diplomat Kemlu Korban Pembunuhan

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX
Kriminolog UGM Duga Diplomat Kemlu Korban Pembunuhan Ilustrasi(Dok.MI)

Kasus kematian seorang diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) berinisial ADP, 39, nan ditemukan tewas di bilik kosnya dengan kepala terlilit lakban terus menyisakan tanda tanya.

Sosiolog Kriminalitas sekaligus Dosen Purna dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Soeprapto menduga korban merupakan korban pembunuhan. Hal itu terlihat dari kondisi lilitan lakban nan menutupi semua wajah dan posisi tubuh nan tidak menunjukkan ada tanda-tanda gelagapan akibat pernafasan tersumbat.

"Sangat mungkin korban itu dibunuh dengan langkah dibius terlebih dahulu, ada dugaan seperti itu," kata Soeprapto saat dihubungi, Minggu (13/7).

Namun demikian, Soeprapto menegaskan perihal itu tentunya kudu dibuktikan dengan support bukti nan telah dimiliki oleh kepolisian. Termasuk bukti CCTV baru nan memperlihatkan orang lampau lalang di sekitar kos korban.

"Dengan support bukti baru dari CCTV bahwa ada orang lampau lalang, maka polisi bisa mendalami siapa dan kapan sosok lampau lalang itu terjadi, dan mendalami serta melengkapi hasil autopsi untuk memastikan adakah makanan, minuman, dan lakban nan mengandung obat bius alias unsur nan mematikan," ujarnya.

Diketahui sebelumnya, polisi tetap menyelidiki penyebab kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) berinisial ADP, 39, nan ditemukan tewas dengan terlilit lakban di bilik indekosnya di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat.

Kapolsek Menteng Rezha Rahandhi mengatakan saat ini pihaknya tetap menunggu hasil pemeriksaan lab forensik sidik jari pada lakban nan melilit kepala korban.

"Baru pemeriksaan saksi-saksi saja. Kami menunggu hasil juga dari labfor Untuk pemeriksaan nan sisa lakbannya dan sidik jarinya segala macam nan tertempel gitu," kata Rezha kepada wartawan, Selasa (9/7).

Pihak kepolisian juga tetap melakukan pemeriksaan terhadap CCTV nan ada di lokasi.

"CCTV sudah ada, sudah kita amankan hanya prosesnya tidak langsung seperti ini lantaran itu kepotong-potong," ujarnya.

"Jadi kita kudu recording ulang untuk menyatukan posisi selama satu malam itu," imbuhnya. (Fik/P-1)

Selengkapnya