ARTICLE AD BOX
Moskow -
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bakal memberikan pemaafan jika tentara Ukraina, nan terkepung di wilayah Kursk, bersedia "menyerahkan diri". Hal ini disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membujuk Putin untuk mengampuni nyawa tentara-tentara Ukraina di wilayah Rusia.
Militer Rusia telah melancarkan serangan jawaban secara sigap di wilayah perbatasan barat Kursk selama sepekan terakhir, dalam upaya merebut kembali sebagian besar wilayah nan dikuasai pasukan Ukraina nan melancarkan serangan mendadak pada Agustus tahun lalu.
Kekalahan di Kursk bakal menjadi pukulan telak bagi rencana Kyiv untuk menggunakan cengkeramannya atas wilayah itu sebagai perangkat tawar-menawar, dalam perundingan tenteram untuk mengakhiri perang melawan Moskow nan telah berjalan selama tiga tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami bersimpati terhadap seruan Presiden Trump," kata Putin dalam pernyataan nan disiarkan televisi Rusia, seperti dilansir AFP, Sabtu (15/3/2025).
"Jika mereka (tentara Ukraina-red) meletakkan senjata dan menyerah, maka mereka bakal dijamin nyawanya dan diperlakukan dengan bermartabat," tegasnya.
Trump, pada Jumat (14/3), mendesak Putin untuk menyelamatkan nyawa tentara-tentara Ukraina. Dia menyebut "ribuan" tentara Ukraina "sepenuhnya dikepung oleh militer Rusia, dan berada dalam posisi nan sangat jelek dan rentan".
Trump juga mengatakan bahwa utusannya, Steve Witkoff, telah melakukan pembicaraan nan "sangat baik dan produktif" dengan Putin membahas usulan gencatan senjata selama 30 hari.
"Kami telah melakukan obrolan nan sangat baik dan produktif dengan Presiden Vladimir Putin dari Rusia kemarin, dan ada kemungkinan nan sangat besar bahwa perang nan mengerikan dan berdarah ini akhirnya dapat berhujung -- TAPI, PADA SAAT INI, RIBUAN TENTARA UKRAINA SEPENUHNYA DIKEPUNG OLEH MILITER RUSIA, DAN DALAM POSISI YANG SANGAT BURUK DAN RENTAN," ucap Trump dalam postingan media sosial Truth Social.
"Saya telah dengan sungguh-sungguh meminta kepada Presiden Putin agar nyawa mereka diampuni. Ini bakal menjadi pembantaian nan mengerikan, nan tidak pernah terlihat sejak Perang Dunia II," ujarnya.
Simak buletin selengkapnya di laman selanjutnya.
Kepemimpinan militer Ukraina membantah klaim Putin dan Trump soal pengepungan pasukan mereka di Kursk. "Tidak ada ancaman terhadap unit kami dikepung," tegas Staf Jenderal Ukraina.
AS, di bawah kepemimpinan Trump, berupaya menengahi gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Ketegangan sempat terjadi bulan lampau antara Trump dan Presiden Volodymyr Zelensky dalam pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih.
Namun beberapa pekan kemudian, para pejabat AS dan Ukraina berjumpa di Arab Saudi nan berujung dengan menyetujui usulan gencatan senjata. Trump kemudian mengutus Witkoff ke Moskow untuk membahas usulan itu dengan Putin dan para pejabat senior lainnya.
Pekan lalu, Trump menakut-nakuti bakal memberikan "sanksi perbankan skala besar" dan memberlakukan tarif terhadap Rusia jika mereka tidak mau bekerja sama dalam upaya mencapai gencatan senjata.
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu