Di Pertemuan Mhm, grand Syekh Al Azhar Dan Ulama Di Bahrain Tolak Upaya Pemindahan Warga Palestina

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Liputan6.com, Jakarta - Majelis Hukama Muslimin (MHM) mengadakan sidang ke-18 di Manama, Bahrain, Jumat 21 Februari 2025. Sidang dipimpin Ketua MHM nan juga Grand Syekh Al-Azhar Prof Ahmed Al-Tayyeb dan dihadiri oleh para anggota.

Hadir dari Indonesia, pendiri dan personil MHM, Prof M Quraish Shihab  dan personil Komite Eksekutif MHM, TGB. M Zainul Majdi

Dalam sidang itu, untuk pertama kali MHM mengundang sejumlah ustadz terkemuka dan pemuka kepercayaan beragam ajaran Islam dari seluruh dunia. Pertemuan ini bermaksud untuk membahas isu-isu seputar perbincangan intra-Islam, terutama dalam menghadapi beragam tantangan umat saat ini dengan menitikberatkan perhatian pada rumor Palestina.

"Para peserta sidang MHM dengan bunyi bulat menolak segala corak upaya pengusiran paksa nan bermaksud untuk melenyapkan rumor Palestina. Para peserta juga menegaskan dukungannya terhadap sikap tegas negara-negara Arab dan Islam nan menolak upaya tersebut," tegas Sekjen MHM Konselor Mohamed Abdelsalam usai mengikuti sidang di Manama, Bahrain.

"Mereka juga memanjatkan angan agar Allah Swt. memberikan taufik dan kesuksesan kepada para pemimpin Arab nan bakal berjumpa pada KTT Liga Arab mendatang di Mesir, serta menyatukan pandangan mereka demi kebaikan dan kemaslahatan umat," sambungnya.

Selema bersidang, kata Sekjen MHM, para peserta rapat menyampaikan apresiasi nan tinggi atas keteguhan rakyat dan perjuangan heroik Palestina dalam mempertahankan tanah airnya di tengah agresi sadis nan tidak menghargai perjuangan memihak tanah air.

Mereka menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk membangkitkan potensi umat dalam menghadapi tantangan ini adalah dengan menyatukan langkah dan bertolak dari titik-titik kesamaan nan menyatukan guna menghadapi beragam ancaman rawan nan mengintai umat di beragam bagian dunia.

"Para peserta menyatakan support dan komitmen penuh terhadap seluruh hasil Konferensi Dialog Intra-Islam, termasuk Piagam “Seruan Ahli Kiblat” nan dideklarasikan dalam konvensi krusial ini. Piagam tersebut memuat visi masa depan nan komprehensif bagi umat Islam mengenai landasan perbincangan Islam, prioritas, serta isu-isu mendesak nan kudu dihadapi dalam periode mendatang guna mewujudkan persaudaraan Islam di antara seluruh komponen umat," papar Konselor Abdelsalam.

Hentikan Praktik Saling Mengafirkan Sesama Umat Islam

"Mereka juga menegaskan pentingnya membangun suasana saling pengertian dan penghormatan, serta menghentikan segala corak penghinaan, ujaran kebencian, dan praktik saling mengafirkan antarsesama umat Islam," sambungnya.

Sebagai tindak lanjut dari "Seruan Ahli Kiblat", kata Mohamed Abdelsalam, para ustadz sepakat untuk melanjutkan upaya berbareng mengenai perbincangan intra-Islam dengan mengimplementasikan visi tersebut dalam corak kerja-kerja nyata. Salah satu langkah utama nan disepakati adalah pembentukan Lembaga Dialog Islam nan bakal menghimpun perwakilan dari seluruh ajaran Islam. Tujuannya, memantau penyelenggaraan rekomendasi konvensi Dialog Intra-Islam serta berkoordinasi dengan beragam pemangku kepentingan dari beragam aliran pemikiran Islam di seluruh dunia.

Konselor Abdelsalam menjelaskan, selain rumor Palestina dan Persaudaraan Islam, peserta sidang MHM juga membahas akibat positif dan negatif kepintaran buatan (AI) terhadap sistem nilai dan etika. Mereka menekankan perlu adanya semacam kode etik nan sejalan dengan perkembangan teknologi ini. Kode etik tersebut bakal menjadi pedoman bagi para developer AI, sekaligus mengarahkan pengguna untuk memanfaatkannya secara positif dan bertanggung jawab.

"Para ustadz menegaskan perlunya inisiatif dari lembaga-lembaga Islam, serta sinergi antara para cerdas pandai Muslim untuk memanfaatkan AI dalam memperkuat komunikasi dengan generasi muda dan kaum milenial, terutama dalam perihal penyampaian info keagamaan nan jeli dan penyebaran fatwa nan benar, sehingga teknologi ini dapat menjadi sarana dakwah nan efektif dan berfaedah bagi umat Islam di era digital," papar Abdelsalam.

Para ulama, pemuka agama, dan cerdas pandai nan berperan-serta dalam pertemuan ini, kata Konselor Abdelsalam, juga menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih nan setinggi-tingginya kepada Raja Hamad bin Isa Al Khalifa atas support dan perhatiannya nan luar biasa dalam penyelenggaraan Konferensi Dialog Intra-Islam. Mereka juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kerajaan Bahrain atas penyambutan nan hangat dan keramahan nan luar biasa dalam menyelenggarakan aktivitas ini.

"Para peserta juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Persatuan Emirat Arab Syekh Mohammed bin Zayed Al Nahyan atas support nan terus menerus dan berkepanjangan terhadap langkah-langkah dunia nan dilakukan oleh Majelis Hukama Muslimin dalam mendukung upaya perdamaian, memperkuat persaudaraan Islam, dan mempromosikan kehidupan berbareng nan harmonis," tutur Sekjen MHM.

Mengukuhkan Perdamaian

Majelis Hukama Muslimin adalah sebuah lembaga internasional independen nan didirikan di Abu Dhabi pada tahun 2014, dipimpin oleh Syekh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmed Al-Tayeb. Lembaga ini beranggotakan sejumlah ulama, cendekiawan, dan tokoh terkemuka umat Islam nan dikenal arif dan bijak, moderat, adil, dan independen.

Majelis Hukama Muslimin bermaksud untuk mengukuhkan perdamaian serta menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan secara selaras melalui beragam inisiatif, kegiatan, dan program. Selain itu, Majelis Hukama Muslimin juga berupaya untuk meluruskan pemahaman nan keliru, mengkonter pemikiran ekstrem, serta melawan segala corak kebencian, fanatisme, rasisme, dan diskriminasi. Di samping itu, upaya memperkuat perbincangan intra-Islam serta mengoptimalkan peran pemimpin dan tokoh kepercayaan dalam menangani tantangan dunia juga menjadi salah satu konsentrasi utama majelis ini.

Infografis

Selengkapnya