Ceramah Di Masjid Salman Itb, Kang Ace Sebut Pentingnya Ketahanan Nasional

Sedang Trending 8 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Tubagus Ace Hasan Syadzily menyampaikan pidato di Masjid Salman ITB, Jalan Ganesa, Kota Bandung. Dia menekankan tentang pentingnya berterima kasih kepada Allah SWT.

Dalam pidato nan disampaikan Kamis (13/3) malam, Ace mengatakan rasa syukur bakal memperkokoh ketahanan nasional guna mewujudkan bangsa nan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Dalam pidato nan disampaikan seusai penyelenggaraan salat Tarawih berjemaah, laki-laki nan berkawan disapa Kang Ace itu menjelaskan dalam Al-Qur'an banyak menyebut tentang kisah suatu kaum. Dari kisah itu, lebih banyak tentang kaum-kaum ya Allah binasakan. Walaupun di dalam Al-Qur'an juga Allah menceritakan tentang kaum nan terbukti dalam sejarah, bisa menjadi bangsa nan dalam terminologi Al-Qur'an disebut baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang dalam dalam bahasa Sunda-nya, gemah ripah loh jinawi. Kira-kira begitu. Tapi dalam bahasa Arab-nya, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (14/3/2025).

Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat (Jabar) itu menyebut kisah-kisah nan terkandung dalam Al-Qur'an bisa menjadi pelajaran alias ibrah bagi umat Islam.

"Ketahanan nasional sangat krusial untuk menjaga agar suatu kaum alias bangsa bisa mewujudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur," ujar Kang Ace.

Alquran menyebutkan, tutur Kang Ace, misalnya dalam Surat Al-Fajr ayat 6 sampai 11, ada tiga kaum nan diberikan kelebihan oleh Allah. Akan tetapi kaum itu dibinasakan lantaran terlalu sombong dengan kelebihan nan dimilikinya.

"Di dalam Surat Al-Fajr, Allah berfirman 'Apakah Anda tidak memandang gimana Tuhan-mu memperlakukan suatu kaum nan disebut kaum Ad?' Kaum Ad ini diberikan kelebihan bisa membangun gedung nan kuat. Sebelumnya tidak ada. Jadi arsitektur sudah ada, jauh sebelum ITB berdiri. Menurut kajian sejarah, kaum Ad ini hidup 8 abad sebelum Masehi," tutur Kang Ace.

Yang kedua, kata Kang Ace, kaum Tsamud nan bisa menghiasi dinding-dinding gunung. Mereka bisa membikin kreasi interior dan eksterior luar biasa. Jika pernah berjamu ke Petra, Yordania, dikaitkan dengan kaum Tsamud.

"Di Petra, Yordania, gunung batu dihias sangat indah. Sampai sekarang tetap kokoh, diukir, dilukis luar biasa," ucapnya.

Yang ketiga adalah bangsa Mesir nan dipimpin Firaun, nan bisa membangun gedung megah dan kokoh, yaitu, Piramida.

"Bisa dibayangkan, tiga bangsa besar dengan peradaban nan sampai saat ini bisa kita lihat, tetapi mereka dihancurkan. Mereka sombong, kufur terhadap nikmat Allah. Karena merasa kebesaran sebuah bangsa lantaran dirinya sendiri sehingga menjadi sangat arogan. Tidak mengikuti apa nan diperintahkan Allah, sehingga dengan sombong melangkah di muka Bumi," ujar Kang Ace.

Kang Ace nan juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar itu menuturkan, ada juga kaum nan dipuji oleh Allah. Namun kemudian lantaran kaum tersebut kufur lagi lampau menjadi binasa, ialah kaum Saba sebagaimana dijelaskan tercermin dalam Al-Qur'an Surat Saba' ayat ke-15.

Alquran menggambarkan, Saba makmur, tanahnya subur. Kanan kiri jalan merupakan kebun-kebun nan luar biasa subur. Bahkan dalam tafsir Athabari, saking suburnya, jika melangkah satu kilometer dengan keranjang di kepala, keranjang itu bakal penuh dengan buah-buahan.

Negeri Saba' di Yaman, mempunyai sistem irigasi alias pengairan modern membentang dari Saba hingga Etiopia nan dapat mengairi seluruh kebun-kebun sehingga subur. Saba' nan eksis 8 abad Sebelum Masehi telah menguasai teknologi pengairan modern. Jadi luar biasa sekali.

"Kaum Saba ini merupakan kaum nan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Negeri nan baik, adalah negeri nan di dalamnya rezeki melimpah, kesejahteraan terbangun dengan baik lantaran kesuburan alam. Tapi ingat di dalamnya adalah kekuatan Allah nan selalu memberikan rezeki," tuturnya.

Artinya, di kembali sebuah negeri nan gemah ripah loh jinawi, baldatun tayyibah, itu pasti ada kekuatan nan memberikan nikmat. Namun kaum Saba' lupa dengan Tuhan. Mereka berpaling, sehingga Allah pun mendatangkan banjir nan besar akibat runtuhnya bendungan.

"Kemudian Allah menggantinya dengan pepohonan nan tidak produktif lantaran mereka beralih dan tidak bersyukur. Allah memberikan jawaban lantaran kekufuran mereka," ucap Kang Ace.

Dia menegaskan umat manusia bisa mempelajari sejarah di dalam Al-Qur'an, bahwa suatu bangsa bakal kuat jika ingat dan berterima kasih kepada Tuhan. Kalau tidak berterima kasih alias apa nan telah diciptakan, bangsa itu bakal binasa.

"Pertanyaannya, gimana langkah mensyukuri nikmat Allah? Bersyukur tidak cukup dengan omon-omon saja, hanya mengucapkan terima kasih," ujarnya.

Syukur itu, pertama mengucapkan alhamdulillah. Kedua, kudu mempunyai loyalitas kepada nan memberikan nikmat itu. Ketiga, mendayagunakan dan memanfaatkan pemberian tersebut sesuai nan diinginkan oleh nan Maha Kuasa.

"Dalam konteks kita sebagai sebuah bangsa, diberikan kekayaan alam luar biasa, patut disyukuri. Tidak cukup hanya mengucapkan terima kasih dan taat, tapi jauh lebih krusial adalah memanfaatkan kekayaan alam nan dimiliki bangsa Indonesia sesuai kehendak Allah," tegas Kang Ace.

"Pemerintah memanfaatkan sebesar-besarnya, mengeksploitasi kekayaan alam, itu bagian dari rasa syukur. Tapi ingat kudu sesuai kehendak. Jika tidak, kita termasuk orang-orang kufur. Jadi pemerintah mempunyai program hilirisasi untuk kesejahteraan rakyat, itu bagian dari corak syukur atas nikmat Allah," ucapnya.

(prf/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Selengkapnya