Berpuasa Dalam Cuaca Ekstrem

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Bulan Ramadan bagi umat Islam merupakan waktu nan penuh berkah, refleksi diri, serta peningkatan ibadah. Namun, tahun ini Ramadan datang beriringan dengan tantangan alam nan tidak bisa diabaikan: cuaca ekstrem nan berpotensi memicu musibah hidrometeorologi di beragam wilayah di Indonesia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan awal mengenai intensitas curah hujan tinggi, angin kencang, hingga potensi banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah. Fenomena ini perlu mendapat perhatian serius, terutama dalam kaitannya dengan aktivitas masyarakat nan meningkat selama bulan suci, termasuk saat sahur, berbuka puasa, hingga aktivitas ibadah malam seperti tarawih.

Cuaca ekstrem nan terjadi bukanlah sekadar kejadian alamiah, tetapi juga berangkaian erat dengan perubahan suasana nan semakin nyata. Perubahan pola cuaca ini memberikan akibat signifikan terhadap keseharian masyarakat, terutama nan tinggal di wilayah rawan bencana. Sebagai contoh, di beberapa wilayah pesisir seperti Jakarta, Semarang, dan Medan, ancaman banjir rob semakin meningkat. Curah hujan tinggi nan terjadi berbarengan dengan pasang laut membikin air meluap dan menggenangi pemukiman, menyulitkan penduduk dalam menjalankan ibadah dengan tenang.

Kasus lain terjadi di Kabupaten Lebak, Banten, di mana banjir bandang pada awal Maret 2025 telah menghancurkan ratusan rumah dan memaksa penduduk mengungsi. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan lantaran wilayah-wilayah tersebut tetap dalam potensi tinggi terkena akibat cuaca ekstrem hingga akhir bulan ini. Mitigasi musibah dalam menghadapi cuaca ekstrem pada bulan Ramadan menjadi semakin penting.

Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengantisipasi akibat nan lebih besar. Salah satu langkah mitigasi nan bisa dilakukan adalah memperkuat sistem peringatan awal dan kesiapsiagaan bencana, khususnya di wilayah nan berisiko tinggi. BMKG telah menyediakan info cuaca secara real-time melalui beragam platform, seperti aplikasi InfoBMKG dan media sosial, nan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendapatkan info terkini mengenai kondisi cuaca.

Selain itu, pemerintah wilayah diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas prasarana drainase dan kanal air untuk mengurangi akibat banjir. Seperti nan telah dilakukan di beberapa wilayah di DKI Jakarta, proyek revitalisasi sungai dan waduk bisa mengurangi genangan air dalam waktu nan lebih cepat. Namun, daerah-daerah lain nan mempunyai akibat serupa juga perlu menerapkan kebijakan nan sama agar akibat dari curah hujan tinggi dapat diminimalkan.

Di sisi lain, masyarakat juga mempunyai peran nan sangat krusial dalam upaya mitigasi. Langkah sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan dapat mencegah tersumbatnya saluran air nan sering kali menjadi penyebab utama banjir di perkotaan. Kesadaran untuk menjaga lingkungan, terutama dalam bulan Ramadan nan sering kali diiringi dengan peningkatan konsumsi dan produksi limbah rumah tangga, kudu lebih diperhatikan. Jika tidak dikelola dengan baik, tumpukan sampah dapat memperburuk akibat dari cuaca ekstrem nan sedang berlangsung.

Dari perspektif Islam, mitigasi musibah juga sejalan dengan aliran nan menekankan keseimbangan dan tanggung jawab manusia terhadap alam. Al-Quran mengajarkan bahwa manusia mempunyai amanah untuk menjaga bumi (QS. Al-A'raf: 56), dan pemanfaatan alam nan berlebihan tanpa mempertimbangkan dampaknya dapat berujung pada bencana. Islam juga mengajarkan konsep tawakal, ialah bertawakal diri kepada Allah setelah melakukan upaya maksimal dalam menghadapi beragam tantangan.

Dalam konteks mitigasi bencana, tawakal berfaedah tidak hanya pasrah terhadap keadaan, tetapi juga berupaya sebaik mungkin dalam mengantisipasi dan mengurangi dampaknya. Salah satu contoh praktik mitigasi nan sesuai dengan aliran Islam adalah konsep gotong royong dalam membantu sesama nan terkena akibat bencana. Pada bulan Ramadan, di mana semangat berbagi semakin meningkat, masyarakat dapat berperan-serta dalam beragam corak bantuan, seperti menyediakan makanan sahur dan berbuka bagi korban bencana, membantu dalam evakuasi, hingga berkontribusi dalam bantuan untuk pemulihan wilayah terdampak.

Islam juga mengajarkan pentingnya persiapan dalam menghadapi beragam situasi, termasuk bencana. Nabi Yusuf AS dalam kisahnya di Al-Quran (QS. Yusuf: 47-49) memberikan contoh gimana sebuah negara dapat mempersiapkan diri menghadapi masa susah dengan menyimpan persediaan pangan. Prinsip ini dapat diterapkan dalam kehidupan modern dengan memastikan kesiapan bahan pokok nan cukup, terutama di wilayah nan sering terdampak bencana. Kesiapan logistik, terutama dalam menghadapi Ramadan di tengah cuaca ekstrem, sangat krusial agar masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sementara itu, dari sisi kebijakan, pemerintah perlu mengintegrasikan mitigasi musibah ke dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan. Program penanggulangan musibah kudu menjadi bagian dari perencanaan kota dan tata ruang, bukan sekadar respons darurat saat musibah terjadi. Contohnya, pembangunan rumah tahan gempa dan sistem peringatan awal nan lebih canggih dapat mengurangi akibat korban jiwa dan kerugian material.

Edukasi masyarakat tentang kesiapsiagaan musibah kudu lebih digalakkan. Kegiatan sosialisasi nan melibatkan tokoh kepercayaan dan pemuka masyarakat dapat menjadi langkah efektif dalam menyebarkan info krusial mengenai langkah-langkah nan kudu dilakukan sebelum, saat, dan setelah musibah terjadi. Masjid dan lembaga keagamaan bisa menjadi pusat info sekaligus tempat penampungan sementara bagi penduduk nan terdampak bencana.

Dengan adanya langkah-langkah mitigasi nan tepat dan kesadaran kolektif dari semua pihak, masyarakat dapat menghadapi tantangan cuaca ekstrem dengan lebih siap dan tangguh. Ramadan semestinya menjadi momen refleksi, bukan justru tersendat oleh musibah nan sebenarnya bisa diminimalisir dampaknya. Oleh lantaran itu, mari bersama-sama meningkatkan kesiapsiagaan dan kepedulian terhadap lingkungan, agar ibadah di bulan suci ini tetap dapat dijalankan dengan intens dan aman.

Randi Syafutra dosen Prodi Konservasi Sumber Daya Alam Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung

(mmu/mmu)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Selengkapnya