ARTICLE AD BOX

KEPALA Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi Maret 2025 meningkat secara moderat lantaran aspek musiman (seasonal) ialah Lebaran nan biasanya meningkatkan konsumsi, khususnya pangan dan sandang.
"Meski demikian, inflasi diperkirakan tetap terkendali mengingat pemerintah aktif mengatur kebijakan nilai pangan dan transportasi," katanya, Kamis (13/3).
Josua menjelaskan, berakhirnya kebijakan potongan nilai tarif listrik pada Februari 2025 bakal mengurangi pengaruh deflasi komponen nilai diatur pemerintah (administered price) dan berpotensi mendorong inflasi kembali naik pada Maret 2025.
Namun, pada Maret 2025 nan merupakan periode Ramadan dan menjelang Idul Fitri, pemerintah menerapkan kebijakan baru berupa potongan nilai tarif tol sebesar 20%-30% serta potongan nilai tiket pesawat sebesar 13%-14%.
Kebijakan tersebut diperkirakan dapat membantu menahan laju inflasi, terutama dari sisi transportasi.
Program potongan nilai tarif listrik sebesar 50% telah berhujung pada akhir Februari 2025. Program ini diadakan sebagai corak support pemerintah terhadap masyarakat dalam mengurangi beban ekonomi. Per 1 Maret 2025, tarif listrik bertindak normal sesuai dengan ketetapan tariff adjustment triwulan I tahun 2025.
Program potongan nilai tarif listrik telah memberikan andil pada deflasi Januari-Februari 2025. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2025 tercatat deflasi sebesar 0,76% (mtm) sehingga secara tahunan inflasi IHK menurun menjadi 0,76% (yoy).
Selanjutnya, IHK Februari 2025 tercatat deflasi sebesar 0,48% (mtm), sehingga secara tahunan IHK mengalami deflasi 0,09% (yoy).
Josua mengatakan deflasi nan belakangan ini terjadi bukan sepenuhnya disebabkan oleh pelemahan daya beli, melainkan akibat intervensi pemerintah melalui kebijakan administered price seperti potongan nilai tarif listrik.
Hal ini tercermin dari inflasi administered price nan mengalami deflasi signifikan akibat program potongan nilai listrik temporer.
Merujuk pada info BPS, golongan administered price pada Januari 2025 tercatat mengalami deflasi sebesar 7,38% (mtm).
Pada Februari 2025, golongan administered price kembali tercatat deflasi ialah sebesar 2,65% (mtm) meski tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya. (Ant/E-1)