ARTICLE AD BOX
Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto meninjau letak banjir bandang di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin 3 Maret 2025. Bersama wakil Bupati Bogor, Ade Ruhandi, Kepala BNPB tiba di titik pertama nan menjadi letak terdampak paling parah.
Suharyanto tiba sekitar pukul 15.00 WIB setelah sebelumnya melakukan rapat koordinasi penanganan darurat berbareng jejeran Pemerintah Kabupaten Bogor.
"Keduanya menyusuri gang sempit untuk mencapai letak dan memandang permukiman masyarakat di bantaran sungai nan mengalami kerusakan lantaran terjangan banjir bandang," tulis BNPB seperti dikutip Selasa 4 Maret 2025.
Di letak tersebut, Suharyanto berbareng Wakil Bupati Bogor juga memandang kondisi jembatan penghubung perkampungan nan telah lenyap dalam peristiwa semalam.
Usai peninjauan di titik pertama, keduanya melanjutkan ke titik kedua nan berjarak kurang lebih satu kilometer. Kali ini Kepala BNPB berbareng Wakil Bupati Bogor memandang kondisi jembatan nan telah lenyap disapu air bah dari wilayah puncak.
"Ada tujuh jembatan rusak lantaran terdampak banjir bandang nan terjadi akibat intensitas curah hujan tinggi pada Minggu 2 Maret 2025 malam. Bencana itu juga menyebabkan seorang penduduk meninggal bumi lantaran hanyut saat menolong personil keluarganya, lapor Ade.
Selain itu, Ia juga menekankan adanya edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya tidak membuang sampah ke sungai juga menjadi konsentrasi utama dalam program pencegahan banjir. Sampah nan menumpuk di saluran air menjadi salah satu aspek utama penyebab banjir lantaran menghalang aliran air nan semestinya mengalir lancar ke hilir.
Terkait dengan banjir nan merendam di Jabodetabek, berikut respons BNPB nan dihimpun oleh Liputan6.com:
Meminimalisir Dampak Bencana Banjir
Banjir kembali melanda wilayah Jakarta setelah hujan deras mengguyur sejak awal Maret 2025. Akibatnya, ribuan penduduk terdampak, ratusan rumah terendam, dan lebih dari seribu orang kudu mengungsi ke tempat nan lebih aman. Luapan Kali Ciliwung menjadi penyebab utama musibah ini, menggenangi sejumlah area di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta bergerak sigap untuk menyalurkan support bagi para korban. Berbagai kebutuhan dasar seperti makanan siap saji, air bersih, selimut, dan kasur telah didistribusikan ke beberapa letak pengungsian untuk memastikan para korban dapat memperkuat selama situasi darurat berlangsung.
Namun, banjir kali ini dinilai lebih lama surut dibandingkan kejadian sebelumnya. BNPB dan lembaga mengenai terus melakukan pertimbangan agar akibat musibah dapat diminimalisir ke depannya. Bagaimana kondisi terkini korban banjir, dan gimana langkah penanganannya? Berikut laporan lengkapnya, dirangkum Liputan6, Selasa 4 Maret 2025.
Banjir nan terjadi akibat luapan Kali Ciliwung merendam ratusan rumah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter. Berdasarkan info BNPB, sebanyak 485 family alias 1.446 orang terdampak, sementara sekitar 1.229 penduduk kudu mengungsi ke 11 letak penampungan nan tersebar di beberapa kelurahan.
Kawasan nan paling parah terdampak di antaranya adalah Kelurahan Rawajati di Jakarta Selatan serta Kampung Melayu, Bidara Cina, dan Cawang di Jakarta Timur. Warga nan terdampak langsung dievakuasi ke tempat nan lebih aman, seperti sekolah, masjid, dan akomodasi umum lainnya nan dijadikan sebagai letak pengungsian sementara.
Sementara itu, beberapa wilayah tetap mengalami genangan air nan belum surut sepenuhnya. Situasi ini diperburuk oleh hujan nan terus mengguyur, sehingga memperlambat proses pemulihan di wilayah terdampak.
"Dari banjir ini tidak seperti biasanya. Biasanya 4-5 jam surut tetapi ini sampai sore belum surut juga. Diharapkan setelah dicarikan solusinya, risikonya tidak terlalu banyak,” kata Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Lukmansyah, dikutip dari ANTARA.
BNPB Pastikan Stok Logistik Cukup
Dalam menghadapi situasi darurat ini, BNPB telah memastikan bahwa stok support logistik mencukupi untuk memenuhi kebutuhan para korban banjir. Berbagai peralatan seperti sembako, makanan siap saji, kasur, selimut, dan terpal telah dikirim ke titik-titik pengungsian nan tersebar di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Bantuan juga mencakup kebutuhan dasar lain seperti paket perlengkapan keluarga, air mineral, serta perangkat kebersihan nan diberikan kepada para pengungsi. Selain itu, tim BNPB terus berkoordinasi dengan BPBD dan pemerintah wilayah untuk memastikan pengedaran support melangkah lancar dan sesuai kebutuhan.
Meskipun pasokan support dipastikan cukup, BNPB juga membuka kemungkinan untuk mengirimkan tambahan logistik jika situasi di lapangan memerlukan lebih banyak suplai. Upaya ini dilakukan agar para pengungsi tetap mendapatkan perlindungan nan layak selama tinggal di letak penampungan.
"Apabila kurang bisa minta kembali, kami siap untuk membantunya," ujar Lukmansyah, menambahkan.
BNPB Evakuasi Ratusan Warga Pondok Gede Jati Asih
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 68 KK dengan total 297 jiwa penduduk Perumahan Pondok Gede Permai (PGP) Jatiasih nan sementara ini dievakuasi di posko pengungsian.
"(Total) 297 jiwa (dari) 68 KK nan dievakuasi BNPB nan terdata di penyimpanan BNPB," kata Kabsudit Perencanaan Pemenuhan Kebutuhan BNPB, Rambat kepada Liputan6.com, Selasa 4 Maret 2025.
Menurutnya, petugas hingga saat ini tetap terus melakukan evakuasi, mengingat banjir di perumahan tersebut mencapai tiga meter. Meski begitu, beberapa penduduk tetap memilih memperkuat di lantai dua rumah.
"Masih ada nan dievakuasi dan tetap memperkuat di Perumahan Pondok Gede Permai Jatiasih. Proses pemindahan melibatkan personel TNI Polri," ucap Rambat.
Ia memastikan kesiapan logistik bagi para korban banjir Bekasi, tercukupi. Mulai dari makanan, selimut, hingga pampers bayi, telah disediakan pihak BNPB.
Dari pantauan, ketinggian air di perumahan langganan banjir itu, saat ini sudah mulai surut. Warga berambisi tidak ada banjir susulan, sehingga mereka bisa kembali ke rumah masing-masing.
Diketahui, Perumahan Pondok Gede Permai (PGP) dan Kemang IFI Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, menjadi titik banjir terparah dengan ketinggian kurang lebih tiga meter. Banjir kali ini disebutkan nan terparah sejak dua dasawarsa terakhir.
Wakil Wali Kota Bekasi, Abdul Harris Bobihoe mengatakan ada 16.000 jiwa terdampak di dua perumahan langganan banjir tersebut. Dari total penduduk terdampak, sekitar 5.000 jiwa dikabarkan sudah mengungsi.
"Yang terdampak itu 16 ribu jiwa dari Kemang IFI sampai Pondok Gede Permai," kata Harris saat memantau banjir di PGP Jatiasih.
BNPB Prioritaskan Evakuasi Korban Banjir Bekasi
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto meninjau letak pengungsian masyarakat terdampak banjir di Kota Bekasipada Selasa (4/3/2025) malam.
Suharyanto berbareng Menteri Sosial Saifullah Yusuf memastikan pemerintah pusat mendampingi upaya penanganan darurat banjir nan melanda wilayah Jabodetabek, khususnya di Kota Bekasi.
“Kota Bekasi ini menjadi pokok perhatian kita bisa segera diselesaikan ada dua titik nan sangat besar banjirnya ialah di instansi pemerintahan di instansi Wali Kota Bekasi dan ada satu mal Mega Bekasi itu terendam juga akibat tanggulnya jebol,” ungkap Suharyanto dalam keterangannya, Rabu (5/3/2025).
Suharyanto menyampaikan prioritas utama saat ini nan dilakukan tim campuran adalah pemindahan penduduk terdampak nan tetap terjebak banjir.
“Warga tetap mengungsi di sini, memang seluruh Jabodetabek nan tetap agak tinggi di Kota Bekasi. Prioritas pertama memang evakuasi, kita sudah terjunkan tim sampai semuaya sukses diselamatkan,” tambah Suharyanto.
Ia juga memastikan pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat terdampak baik nan mengungsi di pos pengungsian maupun memperkuat di lantai dua rumahnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
“Kita tidak bisa memaksa penduduk masyarakat untuk dievakuasi apalagi nan bisa dilantai dua mungkin cemas dengan kekayaan bendanya terganggu kita tetap kudu kirimkan (bantuan), intinya kita bahu membahu untuk memastikan kebutuhan dasar bisa terpenuhi,” terang Suharyanto.