ARTICLE AD BOX
Jakarta, leopardtricks.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa tren pemanfaatan gas bumi untuk pasar domestik terus menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dapat terlihat dari serapan penggunaan domestik dibanding pasar ekspor.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi menyatakan secara persentase, pemanfaatan gas bumi untuk domestik sekarang kurang lebih telah mencapai 69,26% alias nyaris 70%. Sedangkan sisanya ialah sekitar 30% untuk kebutuhan ekspor.
"Kalau kita lihat info beberapa tahun terakhir pengguna gas bumi untuk domestik terus meningkat 69,26% dari keseluruhan gas bumi kita digunakan untuk mendukung domestik sisanya adalah ekspor," kata Kurnia dalam aktivitas Coffee Morning CNBC Indonesia, dikutip Jumat (18/7/2025).
Menurut dia, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga selalu menekankan pentingnya untuk menjaga pasokan gas domestik. Oleh karena itu, SKK Migas bakal terus menjalankan pengarahan tersebut secara sungguh-sungguh.
Namun demikian, Kurnia mengakui dari hasil obrolan dengan para pembeli gas beberapa tahun terakhir, permintaan gas untuk kebutuhan domestik terus meningkat. Sedangkan dari sisi hulu, terdapat penurunan produksi secara alamiah.
"Kita sebut natural declining bisa sekitar 4% apalagi masa Covid bisa mencapai 8% decline setahun. Namun 2023 sudah ada pembalikan sebelumnya nan ada declining 2023 dari sisi supply ada peningkatan sekitar 2% sampai 3% setahun. Sejak 2023 sampai 2024 dan proyeksi 2025 bakal terus meningkat," katanya.
"Dan tentu walaupun supply sukses dari sisi SKK Migas menahan laju penurunan dan bakal meningkatkan pertumbuhannya, ada kebutuhan domestik nan sejalan dengan tren arah penggunaan ke depan menggunakan daya bersih ada juga efisiensi daya kami juga sinyalir ada pertumbuhan ekonomi nan baik dari beragam industri seperti keramik, kaca, dan lain-lain nan memerlukan pasokan gas," tuturnya.
Dia pun menilai, bukan rumor krisis alias kelangkaan gas nan terjadi di domestik saat ini, melainkan rumor ketidakcocokan alias mismatch antara letak sumber pasokan gas dan permintaan alias pasar gas itu sendiri.
Dia menjelaskan, saat ini di area tertentu mengalami kelebihan pasokan gas seperti Kilang LNG Tangguh di Papua Barat, Kilang LNG Bontang di Kalimantan Timur, pasokan gas di Papua dan juga Jawa Timur. Tapi kelebihan pasokan gas ini ada hambatan tidak bisa dikirimkan ke pusat permintaan lantaran belum adanya infrastruktur.
Tapi, dia pun mengakui ada juga wilayah nan mengalami penurunan pasokan gas seperti di Sumatera dan Jawa Bagian Barat.
"Namun di sisi lain ada wilayah surplus nan tadi mengalami kendala-kendala dari sisi belum adanya prasarana nan men-deliver gas tersebut sejak 2023 kita struggling menyelesaikan surplus di Jatim dan pemerintah sudah bangun Pipa Cisem (Cirebon-Semarang)," tandasnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inpex Akhirnya Luncurkan Desain Teknis Proyek Gas Raksasa di Maluku