Pasar Tertua Di Jakarta Mulai Sepi Ditinggal Pembeli, Pedagang Teriak

Sedang Trending 8 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi Pasar Jatinegara, Jakarta Timur juga sudah mulai sunyi pelanggan, meski beberapa tempat tetap terdapat keramaian. Berdasarkan pantauan leopardtricks.com di pasar tersebut pada Jumat (4/7/2025), kondisinya memang tidak sepenuhnya sepi.

Bahkan di depan pasar tepatnya pintu masuk Jalan Matraman Raya, kondisinya tetap terbilang ramai meski tidak seramai seperti dahulu.

Sebelum memasuki gedung pasar, terdapat banyak toko milik pribadi hingga pedagang kaki lima di sisi kanan dan kiri jalan. Toko-toko ini menjual beragam jenis peralatan mulai dari kebutuhan rumah tangga, perlengkapan bayi, dasar kaki, dan tetap banyak lagi.

Namun, visitor nan menghampiri toko di depan gedung pasar terlihat hanya beberapa. Kecuali toko nan menjual seragam sekolah di mana visitor tampaknya mulai banyak mendatangi lantaran para orang tua sudah mulai membeli seragam sekolah untuk anaknya.

Setelah masuk ke dalam namun tetap berada di luar gedung, terlihat toko-toko juga condong sepi. Kemudian memasuki gedung Utama, di lantai dasar, tetap dapat ditemui para pengguna nan berlalu-lalang. Namun tampaknya, tidak seramai dahulu. Pada lantai dasar ini, toko-toko nan ditemui menjual jenis busana dan produk tekstil lainnya.

Kemudian naik ke lantai satu, beragam busana tetap dijual di sini. Namun, lantai ini kebanyakan menjual busana anak-anak. Dan lagi-lagi, visitor condong sepi.

Bergeser ke lantai 2, pedagang di sini menjual beragam macam dasar kaki, mulai dari sepatu hingga sendal. Namun mirisnya, visitor di lantai ini lebih sedikit dari lantai dasar dan lantai 1.

Terlihat hanya para pedagang nan sedang melakukan packing sepatunya dan hanya beberapa visitor nan mampir ke beberapa toko. Di lantai ini pula mulai banyak ruko nan sudah tutup.

Namun Ketika bergeser ke lantai berikutnya, ialah lantai 3, ruko-ruko nan sudah tutup lebih banyak dari lantai 2. Pada lantai ini, kebanyakan diisi oleh konveksi, tukang jahit, hingga instansi bagian bank.

Sekilas, Pasar Jatinegara terlihat sunyi dan hanya ada keramaian nan berasal dari para pedagang, karyawan, dan kuli angkut. Meski begitu, di luar tepatnya depan gedung Utama pengguna tetap cukup ramai meski tetap di Bawah normal.

Beberapa pedagang mengakui pasar sudah mulai sunyi selama setahun terakhir. Bahkan, petugas keamanan pun juga menanggapi bahwa sekarang Pasar Jatinegara tidak seramai dulu lagi.

Taslim, salah satu pedagang busana nan berada di lantai dasar Pasar Jatinegara mengungkapkan sepinya pengguna sudah terjadi selama setahun terakhir. Bahkan menurutnya, saat pandemi Covid-19, pengguna tetap cukup ramai.

Kondisi Pasar Jatinegara Jakarta Timur juga sudah mulai sunyi pelanggan, Jumat (4/7/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)Foto: Kondisi Pasar Jatinegara Jakarta Timur juga sudah mulai sunyi pelanggan, Jumat (4/7/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Kondisi Pasar Jatinegara Jakarta Timur juga sudah mulai sunyi pelanggan, Jumat (4/7/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

"Sepinya sudah ada sekitar setahunan, malah pas Covid-19 tetap mendingan, tidak seperti ini," kata Taslim saat ditemui wartawan CNBC Indonesia, Jumat (4/7/2025).

Taslim menambahkan makin sepinya pengguna disebabkan lantaran pola pergeseran shopping masyarakat, di mana hadirnya toko online membikin masyarakat sekarang enggan untuk datang ke pasar. Meski begitu, Ia tidak sepenuhnya menyalahkan perihal itu.

"Iya ada pengaruh toko online juga sih, tapi kita kan gak bisa salahin, sekarang kan eranya sudah berganti, mungkin dulu di sini sempat jaya, tapi sekarang ya toko online nan berjaya," tambah Taslim.

Menurutnya, pedagang nan tidak bisa beradaptasi dengan teknologi bakal semakin ditinggalkan, sedangkan sebaliknya, jika pedagang bisa beradaptasi, maka mereka bisa memperkuat meski pengguna sekarang tak lagi berjamu ke tokonya tersebut.

"Ini kan namanya pergantian era, tidak bisa ditantang, pasar ini bisa meninggal tidak ke depan? bisa iya, bisa tidak, tergantung bisa beradaptasi alias tidak. Kalau kami, ada pasarnya sendiri dan kami bisa beradaptasi dengan pola shopping masyarakat sekarang nan lebih ke online, jadi walaupun terlihat sepi, tapi kami bisa selamat," ujarnya.

Sementara itu, Rima, pedagang sepatu nan berada di lantai 2 mengaku pengguna memang sunyi semenjak Covid-19, membikin tokonya sekarang sepi.

"Iya begini kondisinya, sudah sejak Covid-19, sama sejak online makin marak," kata Rima.

Meski begitu, Rima tetap memperkuat lantaran tuntutan hidup dan jika Ia pindah, maka belum tentu nasibnnya bisa seberuntung sekarang.

"Ya mau gimana lagi, mau tidak mau bertahan, jika pindah, takutnya malah lebih parah kondisinya, kami tidak mau online lantaran agak ribet," ujarnya.

Adapun Marni, petugas keamanan di Pasar Jatinegara, mengaku sekarang visitor tidak seramai dahulu. Menurutnya, pasar sekilas ramai lantaran lalu-lalang kendaraan pedagang, tenaga kerja dan kuli angkut.

"Memang sudah sepi, terlihat ramai di dalem ya lantaran itu pedagang, karyawan, dan kuli angkut nan sedang beraktivitas," kata Marni.

Meski begitu, pihaknya mengatakan pengguna sunyi tetapi tidak separah dengan beberapa pasar lainnya, di mana terkadang di beberapa tempat keramaian tetap terjadi.

"Sebenarnya dibilang sunyi iya, hanya jika sunyi sekali sih tidak ya, jika di depan terlihat banyak ya mungkin lantaran saat ini momennya para orang tua mencari seragam sekolah," ujarnya.

Pasar Jatinegara alias dikenal dengan julukan Pasar Mester merupakan pasar tertua nan tetap eksis hingga kini. Sebagai informasi, dalam situs resmi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Provinsi Jakarta dijelaskan pasar Jatinegara alias 'Meester Passer' merupakan pasar tertua di pusat pemerintahan saat ini.

Sejarah pasar ini bermulai saat seorang pembimbing kepercayaan Kristen keturunan Portugis berjulukan Meester Cornelis Senen membeli sebidang tanah di aliran Kali Ciliwung dan mengubah wilayah tersebut menjadi area perdagangan Pada 1661 silam.

Seiring waktu melangkah penyebutan nama Meester berubah menjadi Mester lantaran penyesuaian dengan pelafalan masyarakat sekitar. Sepeninggal Kolonial Belanda nama Mester diganti dengan Jatinegara nan berfaedah 'Negara Sejati'.

Adapun peralatan nan dijual di pasar ini kebanyakan melayani sistem grosir, baik kodian maupun lusin, meski beberapa juga melayani pembelian satuan alias eceran.


(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: PBB Rumah & Rusun di Jakarta Gratis, Ini Syaratnya!

Selengkapnya