ARTICLE AD BOX

STAN pameran di ujung deretan berukuran 2,5x2,5 itu tidak pernah sunyi sama sekali sepanjang pameran Kick Off Mangrofest 2025 di Pantai Triangulasi, Taman Nasional Alas Purwo, Rabu (30/7). Ternyata stan ini menjual beragam produk dari mangrove nan bisa dicemil, dipakai, dan diminum.
Para ibu dan remaja putri memenuhi stan itu. Ada nan bersiap menyodorkan rupiah untuk bayar kripik, ada juga nan sudah mencicipi, padahal belum bayar.
Pada aktivitas itu, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) RI mengundang pihak-pihak nan turut dalam pelestarian dan menjaga ekosistem mangrove di Tanah Air. Salah satunya, Kelompok Pangpang Tanjung Pasir nan ada di Banyuwangi nan mempunyai stan di ujung deretan stan peserta pameran.
Kelompok nan terdiri dari 20 personil ini turut ambil bagian dalam pelestarian ekosistem mangrove di Taman Nasional Alas Purwo.
Kelompok ini sendiri mulai terlibat pelestarian mangrove sejak 1999. Awal mulanya jadi penanam mangrove untuk restorasi saat itu.
Sambil menjaga ekosistem mangrove, golongan ini juga berkarya dari bahan baku mangrove untuk dijadikan barang-barang nan berbobot ekonomi. Seperti keripik mangrove, sirop mangrove, teh, tepung propagul dari mangrove, dan batik ecoprint.
''Sambil kami menjaga ekosistem mangrove, ini jadi bingkisan bagi kami. Seperti mengerjakan tas dari bahan batik ecoprint, kripik, dan sirop," kata Ketua Kelompok Pangpang Hendro Supeno.
Produk ini telah dijual terbatas di sekitar Banyuwangi dan telah mendapat izin PIRT (produk industri rumah tangga).
Kelompok ini mulai membikin olahan mangrove sejak 2012. Izin kripik, sirop, teh sedang diproses di Kemenkes.
"Iya ini sudah dipasarkan sekitar Banyuwangi dan izin sedang diproses dibKemenkes," kata penyuluh kehutanan di TNAP Joko Utami nan mendampingi Kelompok Pangpang.
CARA PEMBUATAN
Pembuatan batik ecoprint pada proses akhirnya sama dengan batik pada umumnya. Hanya saja, corak pada batik ecoprint dibuat dengan menempelkan daun-daun nan ditemukan di rimba jati pada TN Alas Purwo,
Daun ditempelkan pada kain dengan ditata sedemikian rupa. Kemudian digulung dan dibungkus plastik unik sebelum direbus.
Setelah direbus, direndam cairan khusus, seperti pada pembuatan batik umumnya. Tujuannya agar motifnya tidak pudar alias rusak. Setelah itu dijemur sampai kering.
Setelah kering, kain ini bisa dijadikan tas, tas laptop, dompet, tutup dispenser, alias dasar wadah makanan.
"Tas kami jual Rp60 ribu," kata Hendro.
TEPUNG PROPAGUL
Produk satu ini mestinya sangat berfaedah di dapur para ibu. Tepung propagul dari mangrove dengan nama Latin Sonnerattia caseolaris dan Bruguelera gymnoriza ini telah disulap jadi bahan tepung untuk membikin mie dan campuran untuk kripik, peyek, serta bahan cemilan lainnya.
Cukup bayar Rp10 ribu, tepung Propagul seberat 100gr sudah dapat dimiliki dan siap dijadikan bahan makanan sehat seperti mie, kripik, dan peyek.
Stan ini juga menjual kripik mangrove dia rasa, original dan pedas. ''Untuk bungkusan 100 gr ini, dijual Rp15 ribu. Rasanya enak, renyah,'' tambah Hendro.
Terdapat juga teh mangrove Acanthus ebracteatus. Setiap bungkusan dijual Rp10 ribu.
Apa nan telah dilakukan Kelompok Pangpang ini jadi pembuktian bahwa apa nan ada di rimba mangrove dan sekitarnya, bisa disulap jadi peralatan berbobot ekonomi dan cemilan bergizi dan lezat. (H-1)