ARTICLE AD BOX

SALAH satu faedah puasa adalah kesadaran kita untuk mengendalikan diri sehingga sikap reaktif dan reaksioner kita semakin mengecil, apalagi bisa hilang. Semakin besar keahlian kita menanggalkan sikap reaktif, semakin kuat faedah puasa kita.
Menanggalkan sikap reaktif sangat berasosiasi dengan suasana kebatinan alias kalbu kita. Puasa diharapkan bisa me-manage kalbu untuk mengubah watak dan karakter nan tadinya reaktif menjadi proaktif.
Untuk mengubah karakter nan negatif (reaktif) menjadi positif (proaktif) maka pertama kali kita perlu mengenal dan mengidentifikasi watak dan karakter reaktif serta watak dan karakter proaktif. Setelah itu, kita memerlukan kiat-kiat untuk menanggalkan sikap reaktif tersebut.
Watak dan karakter reaktif menurut para arifin dapat diidentifikasi sebagai berikut: perilaku ditentukan lebih besar oleh aspek luar/eksternal, seolah-olah tidak bisa mempunyai dirinya sendiri. Ia lebih sering menyalahkan keadaan, kondisi, lingkungan, dan orang lain, lampau seolah melepas diri dari segala risiko. Ia sangat dipengaruhi oleh atmosfer lingkungan bentuk dan fisiknya. Dengan demikian, orang reaktif tidak bisa mempunyai dirinya sendiri, tetapi lebih banyak dimiliki orang lain alias aspek dari luar.
Ia juga lebih banyak digerakkan oleh mood (kondisi perasaan) di dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehingga terkadang bersemangat, tapi tiba-tiba langsung down. Ia senang sekali dipuji. Seolah-olah, tanpa pujian, tidak ada makna hidup baginya. Ia baik jika diperlakukan baik dan jelek jika diperlakukan buruk. Tidak berbudi pekerti besar dan dada lapang untuk menerima realita pahit. Watak dan sikapnya lebih sering terlihat defensive, selalu memihak diri, sungguhpun nyata-nyata dia bersalah.
Ia seperti sakit memandang orang lain sukses dan antusias memandang orang lain gagal. Orang seperti ini sangat berpotensi membangun istana di atas puing-puing kehancuran orang lain dan mudah berubah karakter.
Tipe reaktif-emosional orang ini menjadi karakter khasnya. Ia sering dikategorikan seperti dalam pepatah 'Datang tidak menguntungkan, pergi tidak mengurangi'. Orang lain berterima kasih dengan ketidakhadirannya.
Ia termasuk jenis angin-anginan. Ke mana arah angin bertiup, ke situ dia memalingkan mukanya. Ia seperti bungling nan tidak punya tempat tetap, tidak mengenal istikamah di dalam hidupnya.
Pembawaan orang ini sangat fluktuatif, susah dipegang janji dan komitmennya. Ia mudah marah, tidak mempunyai sahabat kekal dan sahabat spiritual. Kebiasaannya suka memuji dan menjilat, tidak pernah dengan tulus menerima keberhasilan dan perestasi orang lain, dan dapat disimpulkan pasti banyak mempunyai musuh, paling tidak orang-orang nan tidak simpatik terhadap dirinya.
Akibatnya, dia sering menerima realita sebagai sasaran tindakan, dicemooh, dan dijauhi orang lain. Ia seperti over loaded di dalam menjalani kehidupan lantaran tersedot oleh daya negatif dari dirinya sendiri. Dengan sendirinya dia mudah lelah, mudah mengalami penurunan daya tahan tubuh dan menjadi sasaran beragam penyakit dan epidemi.
Orang seperti ini mengakhiri hidup dengan bermacam penyakit di tengah kesendirian. Ia sunyi kawan lantaran tidak pernah menanam persahabatan dan silaturahim. Bahkan sejumlah ayat dan sabda menggambarkan masa depannya di alambaka tidak bahagia. Allahu a’lam.