Kemenperin: Lapangan Kerja Tumbuh 1 Juta, phk 48 ribu

Sedang Trending 4 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian mencatat berasas info dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), pada tahun 2024, jumlah tenaga kerja baru nan diserap industri manufaktur nan mulai berproduksi tahun 2024 mencapai 1.082.998 tenaga kerja baru. 

Angka ini lebih besar dari jumlah PHK nan dilaporkan Kementerian Ketenagakerjaan pada tahun 2024 sebesar 48.345 orang. Sebagai catatan, jumlah pekerja nan ter-PHK pada periode tersebut bukan hanya merupakan pekerja di sektor manufaktur, tetapi nomor total untuk semua sektor ekonomi.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, memang betul ada penutupan beberapa pabrik dan PHK. Dan, pihaknya menyampaikan empati kepada perusahaan industri dan pekerja nan mengalami perihal tersebut.

"Kemenperin terus berupaya meningkatkan investasi baru di sektor manufaktur, mendorong munculnya industri baru untuk mulai berproduksi sehingga menyerap tenaga kerja baru lebih banyak dan menjadi pengganti lapangan kerja bagi pekerja nan terdampak PHK," ujar Agus di Jakarta, dikutip Rabu (5/3/2025).

Hal ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan industri manufaktur bermunculan dan mulai berproduksi dengan menyerap tenaga kerja baru nan lebih banyak pula, apalagi lebih banyak dari jumlah tenaga kerja nan kena PHK di beragam sektor ekonomi.

Pertumbuhan sektor industri manufaktur juga membuka lapangan kerja nan semakin luas. Jumlah tenaga kerja pada industri pengolahan nonmigas terus meningkat, dari 17,43 juta di tahun 2020 menjadi 19,96 juta di tahun 2024.

Data dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) tersebut menunjukkan, pada tahun 2024 rasio penambahan tenaga kerja baru di sektor manufaktur terhadap jumlah tenaga kerja nan terkena PHK mencapai 1 banding 20.

Artinya, ketika 1 tenaga kerja kena PHK sektor manufaktur mampu  menciptakan dan menyerap 20 tenaga kerja baru. Rasio ini terus naik sejak tahun 2022 sebesar 1:5, menjadi 1:7 pada, dan 1:20 di tahun 2024. Kenaikan ini menunjukkan keahlian serapan tenaga kerja manufaktur Indonesia semakin baik.

Nasib para ex pekerja Sritex dibahas Presiden Prabowo berbareng sejumlah Menteri di Istana awal pekan ini. Dalam 2 pekan kedepan, para pekerja diupayakan kembali bekerja sesuai bidangnya masing-masing.

Promosi 1

Sektor Manufaktur Serap Tenaga Kerja Lebih Banyak

Agus menyampaikan bahwa sektor manufaktur menyerap tenaga kerja baru lebih banyak, dibanding jumlah pekerja nan mengalami pemutusan hubungan kerja. Hal ini diketahui dari pelaku industri nan melaporkan mulai melakukan produksi pada Kemenperin. 

Sedangkan, PHK dan penutupan beberapa pabrik disebabkan oleh beragam alasan, di antaranya penurunan demand pasar ekspor, lantaran mismanagement pabrik, perubahan strategi upaya principal nan mau mendekatkan pedoman produksi dengan pasar di luar negeri, pelaku industri terlambat mengantisipasi perkembangan teknologi sehingga produknya kalah bersaing, dan argumen lainnya.

Dari beragam argumen tersebut, sebagian besar penutupan pabrik disebabkan turunnya permintaan domestik lantaran pasar dalam negeri dibanjiri produk impor. Selain itu, aspek penyebab PHK juga didorong oleh pelemahan shopping dalam negeri, dan kelangkaan bahan baku. 

"Dari beberapa argumen tersebut, kita tidak bisa kendalikan, terutama argumen mengenai lemahnya permintaan pasar ekspor. Sedangkan nan terjadi di lapangan, penutupan industri/pabrik lebih banyak terjadi lantaran strategi bisnis," ujar Agus.

Namun demikian, Kemenperin konsentrasi memonitor penutupan industri nan terutama disebabkan lantaran kelangkaan dan halangan bahan baku produksi serta upgrade teknologi produksi, untuk bisa mencari penyelesaiannya.

Agus kembali menegaskan, perlu memandang dari beragam aspek untuk memahami penyebab terjadinya PHK dan mencari solusinya, serta sinergi antara pemangku kebijakan mengenai nan mempunyai kewenangan untuk membahas solusi bersama, di antaranya lembaga nan bisa mengeluarkan kebijakan mengenai safeguard, lartas, non-tariff barrier (NTB).

Selengkapnya