Keringnya Jatim, NTT, dan NTB: Apa yang Harus Kita Lakukan?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa sejumlah daerah di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat sedang mengalami kekeringan ekstrem setelah hampir tiga bulan tanpa hujan. Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyatakan bahwa 18 kabupaten/kota dan puluhan kecamatan di tiga provinsi tersebut mengalami kekeringan akibat kurangnya hujan dengan kategori ekstrem. BMKG menekankan pentingnya langkah mitigasi dan penanggulangan yang cermat dari semua pihak baik di tingkat pusat maupun daerah untuk mengurangi dampak yang dirasakan oleh masyarakat.
Kekeringan ekstrem dapat berdampak pada gagal panen, perubahan periode tanam, penurunan ketersediaan air bersih, serta meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan di NTB, NTT, dan Jawa Timur. Oleh karena itu, BMKG mendorong peningkatan upaya mitigasi dan penanggulangan terutama dalam sektor-sektor yang terdampak, setidaknya hingga bulan September yang diprediksi sebagai akhir musim kering tahun ini. Selain itu, BMKG juga mengingatkan tentang potensi gangguan kesehatan masyarakat akibat peningkatan frekuensi gigitan nyamuk selama musim kering.
Menurut tim ahli klimatologi BMKG, hingga Sabtu (20/7), setidaknya lima kabupaten dan kota di Provinsi NTT telah mengalami kekeringan ekstrem karena tidak turun hujan dalam waktu yang lama sejak akhir Mei 2024. Beberapa daerah yang terdampak meliputi Kota Kupang, Kabupaten Belu, Sumba Timur, Sabu Raijua, dan Kupang. Di Provinsi NTB, terdapat tiga kabupaten dan kota yang juga terkena dampak kekeringan, yaitu Lombok Timur, Bima, dan Dompu. Sedangkan di Provinsi Jawa Timur, 10 kabupaten dan kota seperti Kota Probolinggo, Jember, Kediri, Pasuruan, Situbondo, Banyuwangi, Blitar, Mojokerto, dan Tulungagung juga mengalami kekeringan.
Musim kering juga telah melanda 45 persen zona musim Indonesia hingga pertengahan Juli 2024, mencakup sebagian besar wilayah di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua Selatan. BMKG berharap agar semua pihak dapat bekerja sama dalam menghadapi tantangan kekeringan ini dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi dampak negatifnya.
Dalam situasi seperti ini, solidaritas dan kerjasama antarwarga sangat diperlukan untuk membantu mereka yang terdampak kekeringan. Mari bersama-sama menjaga lingkungan dan sumber daya alam agar dapat terhindar dari bencana kekeringan di masa depan. Semoga dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat mengatasi masalah kekeringan ini dan melindungi masyarakat serta lingkungan kita. Terima kasih atas perhatiannya.