Fenomena 'rojali' Di Mal Ri, Efek Warga Menengah Atas 'hati-hati'

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Labuan Bajo, leopardtricks.com - Konsumsi masyarakat belum menunjukkan perbaikan hingga saat ini. Kondisi ini tercermin dari kejadian nan sekarang marak terjadi di masyarakat.

Saat ini, masyarakat datang hanya untuk bermain di pusat perbelanjaan, bukan untuk shopping namalain rombongan jarang beli alias rojali. Kalaupun shopping jumlahnya juga tidak banyak.

Fenomena ini dibenarkan oleh Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David Sumual. Dia menilai konsumsi masyarakat belum menunjukkan perbaikan dan perihal ini dibuktikan oleh info per Juni lalu.

Konsumsi menengah atas, menurut David, belum membaik. Padahal, kaum menengah atas menyumbang kontribusi terhadap konsumsi nan sangat signifikan, ialah 70%.

"Di Big Data itu, apalagi (konsumsi) sampai Juni itu belum bagus..Secara konsumen keseluruhan terutama nan menengah atas nan punya duit - nan membeli durable goods seperti mobil, motor, furniture, kemudian pakaian, luxurious goods - mereka nan mendrive 70% konsumsi," kata David dalam aktivitas Editors Briefing Bank Indonesia (BI), Jumat (18/7/2025).

Selain aspek ini, dia memandang adanya aspek perjalanan wisata ataupun dinas luar kota dari beberapa wilayah di Indonesia nan berkurang beberapa waktu terakhir. Misalnya, kata David, perjalanan dari masyarakat di wilayah ke Jakarta.

"Biasanya nan banyak beli itu mereka di mal-mal, misalnya orang Surabaya, orang Palembang alias orang Papua. Kalau orang Jakarta ke mal biasanya makan doang, cari diskon-diskon," katanya.

Alhasil, David tidak menampik bahwa kejadian 'rojali' tampak di mal-mal kota besar. David memandang adanya kehati-hatian di masyarakat untuk membeli peralatan mahal. Pemasok dan pemegang merek peralatan mewah pun menilai kondisi saat ini seperti krisis 98.

"Saya berjumpa dengan supplier produk luxurious, tas dan arloji, mereka merasakan (penurunan konsumsi). Beberapa pemegang merek: 'Ini kok mirip-mirip krisis 2008, agak melemah'," katanya.

Lantas, di mana golongan menengah atas menyimpan uangnya?

David mengungkapkan banyak dari mereka nan memarkirkan uangnya di produk investasi, seperti deposito, giro, saham, SBN, perhiasan dan emas hingga emas digital.

"Instrumen investasi sedang menarik bagi mereka sehingga mereka lagi ke sana dulu," ujar David.

Ke depannya, dia percaya bakal ada perbaikan dari konsumsi. Pasalnya, beberapa ketidakpastian sudah terlewati. Salah satunya, masalah tarif jual beli Indonesia dan AS.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banyak PHK-Daya Beli Loyo, Ekonomi RI Mentok Tumbuh 5% Tahun Ini

Selengkapnya