ARTICLE AD BOX

UTUSAN unik Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, tetap optimistis mengenai gencatan senjata di Gaza meskipun ada kekhawatiran setelah penundaan pembebasan 620 tawanan Palestina oleh Israel. AS bakal menegosiasikan perpanjangan fase pertama nan sedianya bakal berhujung pekan ini.
"Kita kudu mendapatkan perpanjangan fase pertama dan jadi saya bakal pergi ke wilayah itu (Timur Tengah) pekan ini mungkin pada Rabu, untuk menegosiasikannya," kata Witkoff kepada CNN.
Witkoff bakal berangkat ke Qatar, Mesir, Israel, UEA, dan Arab Saudi, untuk menegosiasikan perpanjangan fase pertama kesepakatan gencatan senjata nan mencakup pembebasan sandera antara Israel dan Hamas. Fase pertama semestinya berhujung pada akhir pekan ini.
Pernyataan Witkoff menandai untuk pertama kalinya pemerintahan Donald Trump secara terbuka menyatakan tujuannya untuk perpanjangan fase pertama. Penundaan pembebasan sandera Palestina disinyalir lantaran PM Israel Benjamin Netanyahu enggan mengadakan negosiasi mengenai persyaratan fase kedua.
Menurut Witkoff, Washington belum memandang tanda dan waktu nan pas untuk memulai fase kedua gencatan senjata.
"Kami berambisi bahwa kami mempunyai waktu nan tepat untuk memulai fase kedua, dan menyelesaikannya serta membebaskan lebih banyak sandera. Kami bakal mencapai fase kedua, saya pikir itu bakal terjadi," ujarnya.
Fase kedua bakal mengharuskan Hamas membebaskan semua sandera nan tetap hidup dengan hadiah pertukaran ribuan tahanan Palestina, penarikan penuh Israel dari Gaza, dan menuju berakhirnya perang secara permanen.
Salah satu sandera nan tetap di tangan Hamas ialah Edan Alexander. Dia merupakan tahanan Amerika-Israel terakhir nan diyakini tetap hidup di Gaza. Witkoff menyebut AS bakal berupaya kuat untuk membawa pulang laki-laki berumur 20 tahun itu.
"Saya percaya perdana menteri (Netanyahu) mempunyai motivasi nan baik. Dia mau memandang para sandera dibebaskan, itu sudah pasti. Dia juga mau melindungi negara Israel. Jadi, dia punya garis merah," kata Witkoff.
Garis merah nan dimaksudnya adalah Hamas tidak boleh mempunyai peran di masa depan dalam pemerintahan di Gaza.
"Saya bakal katakan pada titik ini, sudah pasti, mereka tidak dapat menjadi bagian dari pemerintahan di Gaza," kata Witkoff.
Fase pertama nan berjalan selama enam minggu itu dijadwalkan berhujung per 1 Maret.
Menurut kesepakatan, dimungkinkan perpanjangan untuk fase pertama selama kedua belah pihak terlibat bermusyawarah mengenai ketentuan fase kedua.
Namun, Israel menunda negosiasi tersebut. Di dalam negeri, mitra koalisi sayap kanan Netanyahu menakut-nakuti bakal meruntuhkan pemerintahan jika perang tidak dilanjutkan.
Netanyahu sejak lama berposisi tidak bakal setuju untuk mengakhiri perang sebelum keahlian militer dan pemerintahan Hamas runtuh. Di sisi lain, Trump dinilai mendukung prospek tersebut. (H-4)